Situ Patenggang, Pesona Tersembunyi di Bandung Selatan

0 comments
Perjalanan ke Bandung kali ini sangat istimewa karena memakan waktu selama 12 jam, iya 12 jam. Lama perjalanan bukan karena macet tetapi karena kami sedang melakukan perjalanan bersama anggota geng motor (bikers) kantor sehingga untuk sampai di tempat tujuan kami saling menunggu satu sama lain. Saya bersama 6 teman yang lain lebih dulu sampai di penginapan karena kami menggunakan mobil, sementara rombongan motor masih ada di perjalanan.


Sesampainya di penginapaan kami bergiliran mandi kemudian memasak nasi dan makan. Kami menginap di Rancabali di sebuah rumah yang dikelilingi oleh kebun teh yang menghampar luas seperti permadani berwarna hijau. Rumah yang kami tempati terdiri dari 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, dapur serta sebuah ruangan tengah yang cukup luas dan dilengkapi dengan beberapa kasur lipat. Sewa untuk penginapan cukup murah yaitu sebesar Rp 1.300.000,- untuk semalam. Karena jumlah rombongan kami cukup banyak kurang lebih 20 orang sehingga kami menyewa 4 selimut tambahan dengan biaya sewa Rp 25.000,- per selimut. Siang itu rombongan motor belum juga datang akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Situ Patenggang.

Ini adalah kedua kalinya saya ke Situ Patenggang, setelah dua tahun yang lalu saya datang bersama dengan teman-teman dari kantor lama. Situ Patenggang adalah sebuah danau yang dikelilingi kebun teh yang berlokasi di Ciwidey, Bandung Selatan. Pada umumnya ketika wisatawan pergi ke Ciwidey maka kita akan lebih sering mendengar mereka pergi ke Kawah Putih dan Kebun Strawberrynya, padahal masih banyak tempat wisata lain dan salah satunya adalah Situ Patenggang. Kunjungan kedua kali ini agak berbeda, berbeda karena Situ Patenggang sudah banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan 2 tahun lalu. Yang paling mencolok adalah dibangunnya pondok-pondok dan jembatan yang terbuat dari bambu, bangunan ini semakin mempermanis keindahan Situ Patenggang. Sebagai catatan tiket masuk per orang untuk weekend adalah Rp 20.500,- sedangkan untuk parkir mobil Rp 11.500,-.


Hujan sore itu di satu sisi menjadikan pemandangan semakin indah tapi disisi lain kami tidak bisa leluasa berjalan apalagi untuk photo-photo karena hujan tidak kunjung berhenti. Beberapa saat kemudian beberapa teman yang naik motor datang menyusul meskipun tidak semuanya. Kami berkumpul di salah satu pondok/gubuk yang langsung menghadap ke Situ dan Kebun Teh lengkap dengan kue cucur yang kami  bawa dari Jakarta serta gorengan yang kami beli di area Situ Patenggang seharga Rp 1.500,- per gorengan.

Sebenarnya ada satu wahana yang patut dicoba yaitu naik kapal ke Pulau Asmara untuk melihat Batu Cinta, berdasarkan mitos masyarakat setempat Pulau Asmara tepatnya Batu Cinta adalah tempat bertemunya sepasang kekasih yang merupakan Putra Prabu dan titisan Dewi yaitu ki Santang dan Dewi Rengganis. Menurut kepercayaan masyarakat pasangan yang mengelilingi Pulau Asmara dan Singgah di Batu Cinta akan mendapatkan restu dari sepasang kekasih tersebut. Ini cuma mitos lho ya, anggap saja ini sumber pengetahuan urusan kepercayaan tidak ada yang lebih baik dibandingkan percaya pada Allah. Karena hujan membuat kami malas beranjak dari gubuk dan memutuskan untuk tidak menyeberang.

Untuk teman-teman yang tidak membawa kendaraan pribadi jangan khawatir karena ada angkutan yang melewati tempat wisata ini. Jika kita sudah ada di Kawah Putih maka dibutuhkan satu kali angkutan menuju Situ Patenggang dan memakan waktu kurang dari setengah jam. Selama itu kita akan disuguhi lukisan alam yang terdiri dari hamparan kebun teh hijau sejauh mata memandang. Menurut saya ini adalah kebun teh terindah yang pernah saya lihat, sebelumnya kebun teh yang pernah saya kunjungi adalah kebun teh lawang yang ada di Malang Jawa Timur serta Kebun Teh yang ada di Puncak Bogor. Kebun teh Walini yang ada di Ciwidey ini dikelola langsung oleh perusahaan BUMN PTPN XII.


Maka jika teman-teman sedang liburan ke Kawah Putih Ciwidey sebaiknya jangan lewatkan pesona Situ Patenggang dan pemandangan alam yang ada di sekelilingnya.

Love Forecast (Today’s Love) Film Komedi Romantis di Awal Tahun 2015

1 comments
Today’s Love yang memiliki judul international Love Forecast adalah film Korea bergenre romantis yang akan dirilis pada tanggal 15 Januari 2015 di Korea. Banyak yang berharap (termasuk saya) pilem ini diputar serentak di beberapa negara termasuk Indonesia, namun hingga artikel ini ditulis belum ada kepastian apakah film ini akan diputar di Bioskop Indonesia atau tidak. Lalu apa yang membuat film ini istimewa, sampai sebelum film ini dirilis saya sudah repot-repot nulis penyambutannya. Bagi saya pribadi memang ada sudut pandang subyektif karena saya adalah penggemar berat pasangan pemeran utama yaitu Lee Seung Gi dan Moon Chae Won. Di forum soompi yang khusus membahas tentang Today’s Love/Love Forecast page-nya sudah mencapai lebih dari 50 halaman, bandingkan saja dengan film Lee Min Ho, Gangnam 1970 yang baru 11 halaman. Yang jelas banyak harapan dari penggemar terhadap Today’s Love apalagi setelah keluar 2 teaser yang membuat penggemar pantas berharap Today’s Love menembus Box Office.



Menurut saya ada beberapa faktor kenapa film ini begitu booming bahkan sebelum dirilis.

Alasan pertama
terlihat kerjasama yang baik di belakang layar
Didukung oleh kru, aktor sertas aktris berkualitas. Lee Seung Gi, Moon Chae Won, Lee seo Jin dan si ganteng Jung Joon Young dipastikan bergabung di film ini. Sutradara dari film ini adalah Park Jin Pyo hitmaker film Korea yang dikenal bisa melihat potensi aktrisnya. Sebelumnya Park Jin Pyo menyutradarai You’re My Shunshine yang dibintangi oleh Jeon Do Yeon  serta Closer to Heaven yang dibintangi oleh Ha Ji Won. Menurut salah satu artikel di Newest kedua artis ini sama-sama mendapatkan penghargaan beken yaitu Grand Bell Awards untuk Jeon Do Yeon dan Blue Dragon Film Awards untuk Ha Ji Won. Lalu apakah Chae Won akan menyusul kedua seniornya tersebut?

Alasan kedua
Basic penggemar dari pemeran utama yaitu Lee Seung Gi (Airen) dan Moon Chae Won (Moonlight) cukup kuat. Airen dan Moonlight sudah lama menantikan kebersamaan mereka di drama atau film setelah pernah bermain bareng di drama yang cukup hit di tahun 2009, Shining Inhiritance/Briliant Legacy. 


Alasan ketiga

Promosi yang cukup efektif baik melalui variety show, iklan serta beberapa talk show. Kabar terakhir Moon Chae Won dan Lee Seung Gi akan menjadi bintang tamu di Running Man, pengambilan gambar dilakukan di Ilsan dan direncanakan tayang di bulan Januari 2015. Bagi Moon Chae Won sendiri ini adalah penampilan pertama di Running Man, kejutan besar bagi saya atas kemunculannya di RM karena yang saya tau ia merasa tidak bisa tampil di variety show dan itu artinya dia benar-benar serius mempromosikan Today’s Love. Sedangkan bagi Lee Seung Gi sendiri ini adalah penampilan ketiganya di RM. Selain RM Seung Gi juga hadir sebagai bintang tamu di Three Meals a Day, di acara tersebut terlihat poster Today’s Love. Moon Chae Won dan Lee Seung Gi juga rajin datang di talkshow beberapa stasiun TV. Benar-benar kerjasama yang kompak!!!



Alur cerita yang saya tangkap dari film ini adalah persahabatan antara Jun Suh (Seung Gi) dan Hyun Wo yang sudah berlangsung selam 18 tahun. Jun Suh adalah seorang guru SD yang selalu gagal dalam menjalin cinta karena kepribadiannya yang lurus yang justru membuatnya tidak menarik sebagai laki-laki. Sementara Hyun Wo adalah seorang penyiar berita cantik yang memiliki image baik dan anggun ketika berlaku sebagai penyiar cuaca dan pada laki-laki, tentu saja tidak jika ia berhadapan dengan Jun Suh. Hyun Wo berubah menjadi gadis yang susah dikendalikan dan kasar, Jun Suh sepertinya sudah lama menyukai Hyun Wo tapi sayang Hyun Wo tidak pernah melihatnya sebagai seorang laki-laki dan malah terlibat dengan banyak lelaki lain. Film ini mengambil cerita dari kehidupan sehari-hari dan dialami oleh banyak orang yang sedang menuju ke hubungan yang lebih serius.

Semoga ekspektasi ini tidak berlebihan dan Today’s Love/Love Forecast bisa menembus Box Office layaknya film Korea Romantis favorit saya yang juga muncul di dialog teaser pertama Today’s Love, Architecture 101.

Seung Gi – Chae Won Fighting!

Semua gambar yang ada di artikel ini saya ambil dari fanpage resmi Today's Love linknya ada disini.

Artikel terkait Upcoming Film Korea Today's Love Reuni Lee Seung Gi dan Moon Chae Won

Upcoming Film Korea Reuni Lee Seung Gi dan Moon Chae Won, Today’s Love

0 comments
Setelah menanti cukup lama duet antara Lee Seung Gi dan Moon Chae Won, akhirnya datang juga. Sejak mereka dipasangkan di Briliant Legacy atau juga dikenal dengan judul Shining Inheritance saya sudah jatuh cinta. Meskipun disini Chae Won memerankan tokoh jahat, saya sudah jatuh hati sama akting dan perannya. Di Briliant Legacy Chae Won memerankan tokoh Seung Mi yang mencintai Hwan yang diperankan Lee Seung Gi selama 8 tahun, tapi sayangnya Hwan jatuh cinta pada Eun Sang yang diperankan Han Hyo Jo. Karena ngga bisa bersatu disini dari dulu saya ngarep kalau mereka berdua berperan bersama di drama lain, dan penantian itu berlangsung selama 6 tahun sejak tahun 2009 sampai 2015 saat film mereka launching nanti.

gambar diambil dari sini
Saya pribadi merasa keduanya memiliki chemistry yang istimewa, sempat mengikuti mereka di beberapa acara diantaranya Strong Heart serta menjadi MC bersama di sebuah penghargaan. Sejak saat itu saya menantikan duet mereka entah itu dalam serial drama atau film. Saya benar-benar jatuh cinta sama chemistry mereka yang selalu terkesan malu-malu.

Kali ini mereka akan bermasin dalam film berjudul Today’s Love. Film ini menceritakan tentang Junsu (diperankan Lee Seung Gi) seorang pria yang selalu memberikan segalanya ketika ia jatuh cinta dan Hyun Woo (diperankan oleh Moon Chae Won) seorang wanita yang berpenampilan cantik tapi memiliki sifat yang arogan. Kalau liat cuplikan adegannya di soompi, film ini sepertinya bergenre romantis dengan adegan konyol yang ada di dalamnya. Karakter Hyun Woo yang diperankan Chae Won mungkin tidak jauh dari karakter Jun Ji Hyun di My Sassy Girl.

Film ini sendiri akan dirilis pada bulan Januari 2015, meskipun demikian sambutan untuk film ini cukup antusias. Hal ini bisa dilihat di forum soompi, karena keduanya memiliki basis penggemar yang cukup kuat belum lagi banyak yang mengharapkan mereka berdua bermain bersama kembali sejak Briliant Legacy ditayangkan. Kita tunggu saja bagaimana filmnya nanti semoga tidak mengecewakan. Fighting Seung Gi dan Chae Won!

Berikut beberapa adegan dan pengambilan film yang saya ambil dari forum soompi yang diambil dari sini :
Perbandingan saat di Briliant Legacy dan Today's Love




Tempat Wisata di Lembang Bandung, Floating Market dan Curug Omas

1 comments
Floating Market

Konsep dari Floating Market Bandung adalah pasar mengapung seperti yang ada di Sungai Kapuas. Pengunjung dipersilahkan membeli makanan yang dijual di atas perahu dan makanan yang dijual disini kebanyakan adalah makanan tradisional, untuk membeli makanan kita memakai uang koin yang dijual di coin center. Sebagai catatan koin yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan lagi, jadi sebaiknya sebelum kita menukar uang kita dengan koin sebaiknya lebih dulu memilih makanan yang akan kita pesan.


Harga makanan cukup terjangkau, sebagai contoh kami memesan berbagai macam jenis sate, ada yang memesan sate ayam dan juga sate kelinci (kalau yang ini saya ngga tega). Selain makanan berat, ada juga beberapa cemilan diantaranya kentang goreng, tutut dan lain-lain. Oh ya kalo tutut dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah kreco. Kreco adalah makanan favorit saya, sebenarnya saya udah ngiler liat plang dengan tulisam tutut tapi karena perjalanan kami masih panjang, saya menahan diri karena kalau makan kreco saya harus siap2 “cepres kabeh”.

Selain makanan yang dijual di atas perahu, beberapa makanan juga dijual di warung-warung yang ada di “daratan”. Saya menemukan sea food dan aneka dimsum saat berjalan-jalan meskipun akhirnya saya ngga nyoba dan lebih memilih membeli di atas perahu. Pemandangan di Floating Market cukup indah terutama untuk saya yang hobi jadi poto model. Saat jalan-jalan saya nemu rumah yang bentuknya agak unik yang mengingatkan saya pada rumah drama Korea Full House. Setelah saya kesana ternyata tidak semua orang bisa masuk, ternyata rumah tersebut adalah rumah untuk pijat refleksi jadi kalau mau masuk kesana kita harus pijat refleksi dulu.

Di Floating Market Bandung juga ada beberapa “gubug” yang menjual berbagai macam souvenir, tempat ini benar-benar di desain dengan konsep tradisional. Bahkan ada sawah dengan model irigasi jaman dulu, dimana aliran airnya masih pake bambu bukan pipa. Souvenir yang dijual diantaranya kaos, mainan anak-anak dan berbagai macam jenis boneka. Bahkan sepanjang saya jalan ada aja yang jualan, mulai dari jajanan snack sampe rujak manis lengkap dengan cobeknya. Saya masih sempat pinjam kincir angin untuk poto,haha.



Setelah puas poto-poto sana sini kami pun segera pulang, karena ada yang harus mengejar travel untuk ke Bandara Soetta. Kamipun akhirnya menuju daerah Pasteur tempat dimana travel menuju Bandara.

Curug Omas

 Curug Omas merupakan bagian dari Obyek Wisata Tahura. Obyek wisata Tahura sendiri terdiri dari Curug Omas (1km), Curug Lalay (2km), Batu Batik (2,2km), Curug Kidang (2,4km), Penangkaran Rusa (2,8km), Curug Koleang (3,3km), Goa Belanda (4,3km), Goa Jepang (5,1km), Kantor BP Tahura (5,5km). Karena waktu kami terbatas sampai sore hari, kami memutuskan pergi ke Curug Omas saja, sebenarnya yang ada di internet yang kami cari adalah Curug Maribaya, tapi kata penduduk sekitar Curug Omas ya Curug Maribaya.

Kami putuskan untuk jalan kaki menuju Curug Omas meskipun banyak ojek yang menawarkan tumpangan. Selain untuk menghemat, itung-itung juga untuk menguruskan badan *yeay*. Sebelum melakukan perjalanan, tak lupa saya jajan dulu. Kali ini saya beli rujak manis sebagai dopping selama di perjanan. Sepanjang jalan masuk menuju curug, banyak pedagang yang berjualan di luar pagar ada yang jual souvenir, buah sampai popmie. Saya tidak membeli karena memang tidak butuh dan bingung bawanya, tapi saya sarankan untuk pengunjung yang lain kalo ada yang dibutuhkan dibeli saja karena saya salut dengan orang-orang seperti mereka yang memilih berjualan daripada meminta-minta.

Jalan masuk menuju Curug Omas cukup tertata rapi, saya pikir pemerintah disini cukup perhatian dalam merawat daerah wisatanya karena sarana prasarana cukup terawat dengan baik. Jalan setapak ini dilengkapi dengan pagar pembatas serta jalan semi aspal yang bisa dilewati sepeda motor. Pantas jika ojek bisa lewat sana dan mereka juga terkoordinir dengan baik. Terdapat tempat peristirahatan di beberapa point, awalnya heran kok pake tempat ginian puat apa. Saya baru nyadar kalau saya baru berangkat dan jalannya turun terus, bisa dibayangkan baliknya nanti bakal kayak gimana.

Dengan mengikuti papan arah penunjuk Curug Omas akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Cukup puas dengan pemandangan yang disajikan disini meskipun tidak bisa “kecek” dan basah-basahan karena posisi air terjun yang ada di bawah kami. Dari papan petunjuk yang saya baca Air Terjun Curug Omas terbentuk oleh aliran Lava yang membeku membentuk berteingkat-tingkat setinggi-tingginya +/- 30m.

Setelah puas melihat-lihat kamipun kembali karena tidak bisa pulang terlalu malam dan juga dari tadi pagi masih belum dapat travel. Perjalanan kembali ke tempat parkir mobil cukup menguras tenaga, dari yang sebelumnya ketika berangkat tidak berhenti sama sekali kali ini berhenti beberapa kali meskipun bukan di stop point untuk istirahat. Dan seperti yang sudah diduga saya berubah menjadi pendiam karena kelelahan. Nino heran dan akhirnya mengikuti saya yang tertinggal dari belakang, saya jelaskan kalau saya capek memang seperti ini berubah menjadi pendiam. Dan alhamdulillah kami akhirnya sampai parkiran juga, saatnya kembali ke Bandung kota.

Kuliner Malam Hari di Karnivor Bandung

0 comments

Karnivor terletak di Jalan Riau Bandung. Dengan menggunakan konsep “hantu” dan dengan menu monster steaknya restoran ini memang patut untuk dicoba Sempat berputar-putar nyari lahan parkir, kami pun turun dari mobil. Pertama kali menuju area Karnivor kami dikagetkan dengan mayat yang bergelantungan di atas pohon, Ayuk menjerit dan mencengkeram tangan saya erat-erat saking kagetnya. Sepanjang pintu masuk kami disambut dengan labu ala halloween yang menambah kesan horor di sini. Setelah menemukan tempat duduk untuk kami ber-8 kami pun memesan makanan, sayangnya steak monster yang kami idam-idamkan sudah habis mungkin karena malam minggu dan resto memang cukup ramai.

Suasana makan disini benar-benar horor, selain beberapa hantu yang dipajang dimana-mana juga dilengkapi dengan kuburannya. Saya sebenarnya pengen pipis, tapi pas cek toiletnya jadi parno sendiri. Sebenarnya tidak akan jadi masalah kalau orangnya ngga penakut kayak saya, karena tempat ini sebenarnya sangat menarik dan unik. Boleh dibilang malah rekomended untuk dikunjungi, yang jelas kalau masalah horor jangan menjadikan saya sebagai patokan karena saya emang bener-bener parno sama hal-hal kyk gini. Nonton pilem hantu aja ngga sanggup apalagi yang beginian,hahaha.

Meskipun menu monster steaknya tidak ada, masih banyak menu yang lain dan yang jelas berhubungan dengan daging yaitu berbagai macam steak dan soup iga. Minuman yang disediakan juga bervariasi.

Untuk harga sebagai berikut dan berlaku tgl 18 Oktober 2014
Selamat menikmati

daftar harga dan menu di Karnivor Bandung

Hubungan Drama Korea The Three Musketeers dengan Sejarah

0 comments
Seperti beberapa drama saeguk lainnya, The Three Musketeers mengambil setting salah satu pemerintahan raja Injo, raja ke 16 jaman Joseon. Meskipun fiktif drama ini dibuat sedemikian rupa agar sesuai dengan sejarah. Dalam sejarah raja Injo dikenal tidak memiliki kualitas yang cukup bagus saat memimpin Joseon, hal ini dibuktikan dengan adanya invasi manchu sebanyak 2 kali. Berbeda dengan ayahnya Pangeran Sohyeon dikenal sangat cerdas dan berwawasan luas. Kecerdasan Sohyeon ini menjadi ketakutan bagi sang ayah, ketakutan Raja Injo pada anaknya tergambar dalam drama dengan sangat baik. Kisah antara Raja Injo dan Sohyeon telah diangkat di beberapa Drama Saeguk Korea diantaranya The Cruel Palace, The Slave Hunters dan lain lain.


Dalam sejarah Korea, Sohyeon meninggal di usia 34 tahun, ada banyak spekulasi atas kematiannya, ada yang bilang ia terkena malaria dan versi lain menyebutkan ia diracun. Banyak versi menyatakan bahwa kemungkinan ia dibunuh oleh Raja Injo sendiri karena keinginan Sohyeon dalam mempelajari ilmu dan agama barat dan menyebarkannya di Joseon (Korea). 

Sejarah ditulis oleh para pemenang, jadi terkadang kita tidak tau mana yang benar dan salah. Untungnya sampai season 1 selesai, Sohyeon masih hidup. Banyak penggemar mengharapkan ending Sohyeon tidak seperti aslinya, atau ber-ending ala The Princess's Man dimana tokoh utama dalam sejarah menjadi tidak ada karena mereka dihapuskan. Hal ini dilakukan agar mereka tetap hidup sebagai rakyat biasa, sedangkan kerajaan telah menganggap mereka meninggal/tidak ada.  Saya juga berharap demikian, toh apapun yang terjadi ini adalah drama fiksi jadi ya suka-suka penulis yang terpenting tidak mengurangi kualitas dari drama tersebut.

Saat invasi mancu, Sohyeon menjadi tawanan Mancu dan bersahabat baik dengan Ingguldai yang dalam drama adalah salah satu Jendral Mancu. Sedangkan dalam drama ini Sohyeon digambarkan melindungi Ingguldai dari perintah eksekusi mati Raja Injo. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar perang Manchu dan Joseon tidak pecah. 

Dari soompi saya banyak membaca info tentang pangeran Sohyeon tapi jika kita bahas disini maka akan terlalu jauh dari drama season 1. Bahasan tentang sejarah Sohyeon selanjutnya akan saya bahas ketika season selanjutnya tayang, terutama tentang istrinya.  Yang jelas banyak terobosan yang telah dilakukan Pangeran Sohyeon di Manchu, meskipun sebenarnya saat itu ia berstatus sebagai tawanan.



Sumber : soompi, dramago.com, wikipedia, my asian tv dan lain-lain

Review Drama Korea The Three Musketeers Season 1

1 comments
Cast
Jung Yong-Hwa sebagai Park Dal Hyang (d’Artagnan)
Lee Jin Wook sebagai Putra Mahkota Sohyeon (Athos)
Yang Dong Geun sebagai Heo Seng Po (Porthos)
Jung Hai In sebagai Ahn Min Seo (Aramis)
Seo Hyun Jin sebagai Kang Yoon Seo/Putri Mahkota (Anne of Austria)
Yoo In Yong sebagai Jo Mi Ryung/Hyang Sun (Milady de Winter)
Kim Myung Soo sebagai Raja Injo (Louis XIII)
Park Yeong Gyu sebagai Kim Ja Jum (Cardinal Richeliu)
Jeon No Nim sebagai Choi Mung Gil (De Treville)
Kim Sung Min sebagai Ingguldai (Duke of Buckingham)

Alur Cerita  Drama Korea The Three Musketeers Season 1
Drama yang mengambil setting pada saat Raja Injo berkuasa di dinasti Joseon ini mengadaptasi dari Novel The Three Musketeers karangan dari Alexander Dumas yang juga sudah di adaptasi ke dalam film versi barat. Drama ini rencananya akan terdiri dari 3 season, dengan 12 episode masing-masing seasonnya. Season 1 telah tayang dan selesai di Korea disiarkan oleh salah satu TV kabel disana (TvN). 

Drama dimulai dengan pertemuan antara Park Dal Hyang, Pangeran Sohyeon dan kedua sahabat sekaligus perwira istana yaitu Heo Seung Po dan Ahn Min Seo. Park Dal Hyang berasal dari Gang Won Do sebuah propinsi terpencil yang berjarak tempuh 2 bulan dari Hanyang (Ibu Kota Kerajaan). Park Dal Hyang memutuskan pergi ke Hanyang untuk mengikuti ujian sebagai pasukan pengawal kerajaan. Pertemuan mereka diawali saat Dal Hyang mengejar para preman yang diutus untuk memukuli para peserta ujian yang berkompeten lulus. Dal Hyang mengejar dan menangkap para preman itu bersama Sohyeon, Heo Seung Po dan Ahn Min Seo yang menyebut diri mereka Samcongsa (The Three Musketeers).

Keinginan Dal Hyang mengikuti ujian didasari pada janji Dal Hyang pada Kang Yon Seo, gadis yang ia cintai. Kang Yeon So adalah anak dari salah satu bangsawan di Hanyang, ia bertemu Dal Hyang saat berkunjung di Gang Won Do. Mereka berjanji satu sama lain untuk bertemu di Hanyang saat Dal Hyang mengikuti ujian sebagai pengawal kerajaan. Pertemuan antara Dal Hyang, Sohyeon, dan kedua pengawal istana menjadi semakin kompleks ketika Ahn Min Seo menemukan surat dari Yon Seo kepada Dal Hyang. Surat ini kemudian diberikan kepada Heu Seng Po, Seung Po terlihat girang ketika membaca surat ini dan belakangan di ketahui bahwa Yon Seo saat ini telah menikah dengan Sohyeon dan menjadi putri mahkota. Seung Po sengaja memancing Sohyeon dengan surat itu agar ia cemburu pada Dal Hyang, tapi akhirnya Sohyeon malah lebih tertarik pada pribadi dan potensi Dal Hyang.
raja Injo
Raja Injo berkuasa pada saat invasi pertama dan kedua mancu, pada masa pemerintahannya para menteri dikenal lebih dominan dari Raja Injo sendiri. Dalam drama ini pangeran Sohyeon bersama kedua sahabatnya menyelidiki langkah para menteri yang seringkali banyak merugikan raja dan kerajaan. Dengan misi yang berat tersebut, Sohyeon membutuhkan orang-orang kepercayaan dan ia melihat  potensi itu pada Dal Hyang.

Sohyeon  memberi tahu Dal Hyang bahwa Yon Seo telah menjadi putri mahkota dan menyembunyikan identitasnya sebagai putra mahkota. Sohyeon mengancam Dal Hyang untuk tetap ikut tes dan menjadi juara pertama. Karena jika tidak, keselamatan putri mahkota dalam bahaya karena surat Yon Seo untuk Dal Hyang adalah sebuah konspirasi. Meskipun merasa ada yang salah dengan perintah Sohyeon, Dal Hyang yang notabenya berjiwa lurus akhirnya mengikuti perintah Sohyeon dan berusaha menjadi juara pertama.
Kim Jae Jeom
Konflik antara mereka terus berlanjut, seperti yang dinarasikan oleh Dal Hyang hidupnya berubah setelah pertemuan itu. Dal Hyang, Samcongsa  serta sang guru Choi Mung Gil yang juga menteri utama harus melawan kelicikan Kim Ja Jeom yang berniat mengendalikan pemerintahan. Konflik cinta antara Dal Hyang, Sohyeon dan Yon Seo semakin seru dengan terkuaknya cinta pertama Sohyeon yaitu Mi Ryung atau dikenal sebagai Hyang Sun.

Loveline dan Chemistry Drama Korea The Three Musketeers Season 1
Kisah cinta di drama ini  juga sangat menarik. Cinta pertama antara Dal Hyang dan Yon Seo dikemas cukup manis. Ketulusan cinta pertama mereka belanjut bahkan sampai pada saat hubungan mereka menjadi antara Putri Mahkotan dan Pengawal Kerajaan. Pernikahan antara Yon Seo dan Sohyeon selama 5 tahun berlangsung dingin sampai kemunculan Dal Hyang. Bisa dibilang kemunculan Dal Hyang justru menjadi pemantik cinta di pernikahan mereka. Sohyeon yang dingin dan kaku karena terus mengingat masa lalunya menjadi lebih menghargai Yon Seo ketika ada Dal Hyang. Disini banyak cute moment saat si Sohyeon cemburu pada Dal Hyang. Dan tentu saja cute momennya Yeon Seo dengan kedua lelaki ini.

Munculnya cinta pertama Sohyeon yang dianggap sudah mati, juga menjadi pembuka konflik disini. Diketahui bahwa sebelum menikah dengan Yon Seo, Sohyeon telah memiliki calon putri mahkota (calon istri) bernama Mi Ryung. Namun menjelang hari H pernikahan mereka Mi Ryung bunuh diri. Kematian Mi Ryung membuat Yon Seo menjadi calon putri mahkota . Kisah tragis antara Mi Ryung dan Sohyeon juga sangat menguras emosi disini.

Masing-masing pasangan punya chemistry tersendiri di drama ini dan yang paling saya suka adalah akting Lee Jin Wook yang lebih banyak bermain ekspresi daripada kata-kata. Makanya saya sampe move on dari Kang Ma Ru di Nice Guy.

Dan kisah cinta yang nggak kalah penting di drama ini adalah Bromance antara Dal Hyang dengan Samcongsa!hahha

Kualitas Akting Para Pemain Drama Korea The Three Musketeers Season 1
Menurut saya Jung Yong Hwa mengalami kemajuan akting yang cukup pesat di The Musketeers, sebelumnya saya melihat dramanya yaitu He’is Beautiful, Heart String dan Marry Him If You Dare.. Sementara itu Lee Jin Wook juga memerankan pangeran Sohyeon yang angkuh, dingin dan kadang-kadang humoris  dengan sangat baik. Konon katanya Jin Wook aslinya juga keturunan bangsawan, mungkin faktor ini semakin mendukung perannya sebagai Putra Mahkota. Bahasa gaulnya, ekspresinya Jin Wook dapat banget lah! Sebagai tambahan Lee Jin Wook kembali membuktikan keahliannya sebagai a good kisser dalam drama ini. Seo Hyun Jin disini juga sangat manis dalam memerankan Yon Seo, di satu sisi ia terlihat sangat lemah dan seringkali menangis tapi di sisi lain ia bertahan dengan karismanya ketika mengalami masalah-masalah yang krusial.

Dengan cerita yang cukup kompleks, drama ini tetap ringan ditonton karena unsur humornya sama sekali ngga ketinggalan. Beberapa adegan serius seringkali diselingi adegan konyol yang bikin “gubrak deh”. Drama ini sangat recomended lahh!!! Yang jelas saya sampe lupa sama Joongki dan Nice Guy dan mengulang The Three Musketeers ini berkali-kali loh!

Seperti drama Korea lain, OSTnya The Three Musketeers juga pas banget apalagi yang Ostnya Si Yon Seo yang dinyanyiin sama Youme, lyriknya juga bagus banget.

Sumber : soompi, dramago.com, wikipedia, my asian tv dan lain-lain

Jalan-Jalan Ke Singapura

0 comments
Singapura merupakan negara yang paling sering dijadikan tujuan utama oleh traveller abroad newbie, atau bahasa gampangnya Singapura itu negara yang paling sering dijadikan ajang coba-coba traveller luar negeri anyaran seperti saya.

Mengapa Singapura? Apakah saya benar-benar ingin kesana? 
Singapura adalah salah satu negara ASEAN, sehingga kita tidak memerlukan Visa untuk bisa masuk kesana. Transportasi yang cukup mudah juga menjadi pertimbangan banyak pelancong dari Indonesia untuk menjadikan Singapura sebagai negeri pertama yang disinggahi. Kalau ditanya apakah saya benar-benar ingin kesana? jawabannya adalah tidak. Seorang teman mmeberi tahu bahwa Singapura negara yang membosankan karena isinya hanya mall dan gedung-gedung. Tapi saya tetap merasa senang ketika melakukan perjalanan kesana, karena prinsip saya seperti kata pepatah 
“its not about the destinantion, its all about the journey” 
Sekedar sharing lika liku perjalanan kemarin...
1. Tiket
Tiket sudah dibeli jauh-jauh hari kurang lebih 1 tahun sebelumnya karena hunting tiket promo Air Asia, pada awalnya kami berangkat berlima 3 orang dari Jakarta dan 2 orang dari Surabaya. Tetapi salah seorang teman berhalangan berangkat dan kami akhirnya berangkat berempat. Saya dapat Jakarta-Singapura PP Rp 550rb tanpa bagasi. 
Fyi biaya hidup di Singapura mahal, jadi usahakan membeli tiket promo ketika ingin jalan-jalan kesana apalagi untuk orang dengan dompet tipis kayak saya.

2. Paspor

Paspor saya urus secara online dan bisa pilih tanggal untuk kedatangan saya di imigrasi, waktu itu saya paskan dengan hari cuti ketika pulang kampung karena saya berniat ngurus di Jawa Timur. Copy dokumen sudah  di submitted saat pendaftaran online sehingga tidak perlu lama mengantri saat datang di kantor imigrasi. Domisili saya di Jakarta tetapi paspor saya urus di Kediri, salah satu kota di Jawa Timur yang sudah punya kantor imigrasi. Kebanyakan pengurus paspor adalah Bapak/Ibu yang akan berangkat haji dan beberapa TKI/TKW. Hampir tidak ada yang daftar online sehingga saya tidak perlu antri lama. Estimasi paspor jadi kurang lebih 1 minggu. Jika ada waktu dan kesempatan tata cara pendaftaran visa online akan saya bahas lebih lanjut dalam tulisan berikutnya.

3. Penginapan.
Kami menginap di 5footwayinn project Boat Quay

4. Tuker Duit SGD
Karena bekerja di lembaga keuangan, saya pede tidak langsung segera tukar dollar jauh-jauh hari mikirnya kan bisa tukar di kantor. Nah masalahnya adalah teman saya juga nitip sedangkan cabang yang saya tempati tidak punya stock banyak untuk SGD. Saya benar-benar kelabakan, karena hari itu hari jumat, besoknya hari sabtu dan saya sudah harus berangkat di hari Minggu. Saya dapat info dari teman bahwa di MOI ada satu money canger, yang terletak di dalam mall tepatnya depan Carefour lantai basement Mall of Indonesia akhirnya saya datang dan menukar uang. Sayangnya hanya ada 200 SGD, sedangkan teman nitip 400 SGD.

Akhirnya saya pun memasuki hampir seluruh bank yang ada di komplek MOI untuk tuker duit dan hasinya nihil. Saya pun menyimpulkan dari sekian banyak bank yang ada di MOI sepertinya hanya satu saja yang menyediakan SGD yaitu institusi tempat saya bekerja. Kelapa Gading, domisili saya saat ini sebenarnya banyak terdapat money changer tapi ketika bertanya ke salah satu bank, katanya money changer buka hanya selama jam kerja. Saya tidak mungkin keluar dari kantor selama bekerja sedangkan jam istirahat telah habis. Saya pun mulai panik dan entah kenapa ada yang mendorong saya untuk kembali ke money changer sebelumnya. Memang rejeki tak kemana karena ketika saya datang ada yang sedang menjual SGDnya dan pas jumlahnya 200 SGD. Bayangkan betapa beruntungnya saya! Alhamdulillah..

Selidik punya selidik setelah itu setiap pulang saya selalu menyelidiki money changer di daerah Kelapa Gading dan ternyata 2 money changer yang ada di depan Mall Kelapa Gading (MKG) buka 24 jam! Hey, saya benar-benar cupu dan ga gaul...

Jalan-Jalan di Singapura Part 2 (Hari Ketiga dan Keempat)

0 comments

26 Agustus 2014

Hari ketiga kami memutuskan fokus di Universal Studio Singapore, karena banyak yang bilang menghabiskan waktu seharian untuk antri di wahananya. Kami beruntung kesana pada hari selasa bulan weekend, jadi tidak begitu ramai meskipun juga tidak sepi. Untuk memasuki wahana kami tidak perlu mengantri terlalu panjang.

Untuk menuju ke USS, kami naik dari stasiun MRT Clark Quay dengan satu kali jalan tanpa transit dengan melalui rute berikut :
Clark Quay – China Town – Teluk ayer – Outram Park – Harbourfront

Ada 2 pilihan untuk menuju USS dari stasiun MRT Harbourfront yaitu melanjutkannya dengan naik MRT lagi atau cable car, untuk naik MRT kita menuju ke Vivo City di lantai bagian atas. Biaya naik MRT ke USS +/- SGD 2. Karena disini kami berniat untuk mencoba hal hal baru kami memutuskan untuk naik cable car. Biaya untuk naik cable car lumayan mahal yaitu +/- SGD 30, namun kami mendapatkan potongan harga menjadi +/- SGD 25 dengan menunjukkan boarding pass kami. Oleh karena itu saya sarankan bagi teman-teman untuk selalu membawa boarding pass kemana-mana, ada beberapa hal yang membutuhkan ini untuk dapat potongan harga.


Dengan biaya tersebut kami mendapatkan tiket pulang pergi, oh ya untuk naik cable car kami harus keluar dari Vivo City menuju gedung Harbourfront Tower 2.

Sebelum ke USS, kami berhenti di Faber Peak untuk melihat-lihat pemandangan disana, sekedar foto-foto dan menikmati sejuknya “hutan” di Singapura.


Universal Studio Singapura
Turun dari stasiun cable car Pulau Sentosa kami menaik bis untuk menuju ke USS. Kami memasuki USS dengan tidak melewatkan foto-foto di depan icon USS yaitu bola dunia jumbo yang ada di depannya. Sementara itu untuk saya pribadi ketika masuk ke dalam hanya berani mencoba wahana yang aman dan tidak menakutkan. Eits, karena buta wahana ada saja wahana yang membuat saya takut setengah mati. Beberapa wahana yang saya coba antara lain :

1. Madagaskar 
Kalo ini tidak lebih dari sekedar naik kapal kemudian basah-basah, saya suka yang ringan-ringan kayak gini,hahha. Selain itu teman-teman mencoba komidi putar, dan bisa ditebak saya cuma duduk di samping wahana sebagai juru foto mereka.

2. Jurassic Park
Terdiri dari beberapa wahana dan seperti biasa saya memilih yang naik kapal-kapalan dan tidak berani mencoba yang terlalu ekstrim. Yang saya pilih semacam Arum Jeram di Dufan tetapi menggunakan konsep alam dari Jurassic Park. Dan tentu saja kalo sama persis dengan Dufan namanya bukan USS karena di akhir perjalanan ada “kejutan” yang membuat kita kembali berpikir, ini bukan Dufan! Tidak perlu saya ceritakan, cukup dicoba sendiri.

3. 4D Shrek
Awalnya agak bingung dengan wahana ini, karena kita cuma dikumpulkan di sebuah ruangan. Karena cukup lama saya dan teman-teman bertanya-tanya, mau diapakan kita ini. Jangan-jangan mau di acak-acak di dalam ruangan,hahaha. Dan akhirnya kami pun disuruh berbaris untuk memasuki ruangan lain. Dan akhirnya kami menikmati bertunjukkan 4D Shrek, mmm bagi saya ini keren banget karena 4D terakhir yang saya coba adalah di BNS jadi tentu saja tidak bisa dibandingkan,hahha.

4. The Mummy
Haduh kalo yang ini bener-bener deh. Feeling saya nggak enak ketika masuk, selain karena saya takut banget sama yang berbau horor juga takut akan kecepatan dan ketinggian (bener-bener mental lemah ya,hahaha). Tapi ya akhirnya saya mencobanya dan alhamdulillah saya tidak menyesal meskipun setelah itu saya mengalami super shocking begitu keluar dari wahana. Teman saya berkali-kali bertanya? Kamu ngga papa kan Ran? Saya cuma bisa menelan ludah berusaha untuk tidak muntah,hahhaa.

5. Transformer
Kalo yang ini menjadi favorit saya bersama teman-teman yang lain, meskipun saya udah mual mual gara-gara di The Mummy, saya cukup menikmati wahana ini. Very recommended dan yang paling penting sama seperti wahana lainnya kami tidak megantri panjang. Konon katanya kalo weekend atau hari senin, antrian semua wahana dijamin panjang apalagi untuk Transformer. Meskipun demikian ada teman saya yang rela mengantri 2 kali saat weekend untuk wahana ini. Dan tentu saja teman-teman saya kali ini juga demikian, meninggalkan saya yang memutuskan untuk tidak antri lagi karena rasa mual yang tak kunjung usai setelah The Mummy sebelumnya. Akhirnya saya putuskan menunggu di area World Premier, beberapa saat kemudian ternyata ada pertunjukkan street dance.

6. Street Dance
Hal yang saya sukai ketika melihat pertunjukkan ini adalah komunikasi penari dan penonton, karena kalo sekedar kemampuan menari K-Pop masih jadi standard saya. Interaksi penari dan penonton membuat kita merasa seperti “kita memang sedang di luar negeri ya”. Lucu sekali melihat tingkah dan keberanian anak-anak dari seluruh penjuru dunia.

7. Steven Spielberg
Saya lupa apa nama wahananya, yang jelas ada hubungannya sama Pak Steve. Disini ya semacam dikasih lihat efek-efek dalam film di Hollywood
Menjelang sore/malam kami pun memutuskan pulang, dengan kaki pegal-pegal dan tentu saja lapar. Tapi hati puas luar biasa, menuju ke stasiun cable car pulau sentosa kami kembali menaiki bis dari royal casino. Karena kelelahan dan bis cukup sepi, saya menyelonjorkan kaki. Kami mengobrol di dalam bis kemudian Pak supir yang tau bahasa kami, menebak kami dari Indonesia. Hal yang menyenangkan ketika liburan di sini adalah kami sangat dihargai sebagai Turis.

- Vivo City
Perut sudah mulai keroncongan tapi seorang teman masih gelap mata pengen beli baju, setelah puas kami pun menuju foodcourt. Terjadi miskomunikasi disini, berdasarkan info teman Vivo City ada foodcourt kusus muslim, tapi tempat yang ditunjukkan beda karena masih ada yang jual babi. Awalnya agak ragu, tapi karena kaki sudah gempor dan akhirnya nemu kedai denga tulisan no pork, no lard kami putuskan untuk tetap tinggal. Ada Java Kitchen dsini, jadi saya bisa bernafas lega dan tanpa ragu saya pun memesan tahu tek yang akan menjadi tahu tek termahal sepanjang hidup saya. Haganya SGD 5, yang kalo dibelikan di Gebang Lor Surabaya jaman dulu udah bisa dapat 10. Tapi rasanya alhamdulillah tidak mengecewakan.

Oh ya untuk solat, di vivo city ada tempat untuk sholat. Dan saran saya untuk sholat, sebaiknya disegerakan. Bagi saya ini adalah pelajaran yang berharga, karena saya kelewatan dan saya sangat menyesal....
Kadang-kadang kita lupa di negara lain tak semudah di negara sendiri untuk menemukan mushola, jadi jika ada kesempatan, tempat dan waktu jangan pernah dilewatkan.

27 Agustus 2014

Di hari ke empat ini waktu sangat singkat untuk kedua teman saya dari Surabaya, sementara saya pulang termasuk sangat malam. Karena yang pesan tiket ini adalah teman saya yang membatalkan keberangkatan, jadi saya bakal balik sendirian. Sebelum itu, kami berempat ingin menikmati beberapa tempat wisata yang sebelumnya telah kami kunjungi di malam hari.


Singapore River, Anderson bridge, Cavennah Bridge
Sepanjang perjalanan ke Merlion dari penginapan kami selalu disuguhi pemandangan yang indah, karena kami berangkat lebih bagi suasananya benar-benar sangat menyenangkan disini. Sekali lagi kami merasa tidak salah dalam memilih penginapan.

Merlion dan Marina Bay San di Pagi Hari
Karena kami berempat punya bakat jadi poto model, jadi bagi kami semua sesi foto adalah hal yang tidak bisa dihindari. Apalagi poto-poto di icon negara ini, kami merasa harus punya 2 versi, yaitu siang dan malam supaya dapat feelnya. Karena teman saya yang dari Surabaya harus ke Changi sebelum jam 10, akhirnya kami pun berpisah, mereka kembali ke penginapan dan kami berdua melanjutkan perjalanan.

Lau Pa Sat dan Shenton Way
Sebelum saya bekerja di perusahaan saya yang sekarang saya bekerja di salah satu perusahaan swasta di bagian ekspor, bahasa kerennya sih Marketing International tapi saya yang payah ini merasa tidak pantas disebut demikian dan Marketing Ekspor sepertinya lebih cocok. Ketika saya masih disana dulu, ada semacam peraturan tidak tertulis tentang penugasan pegawai ke Singapura sebagai trader. Jadi ceritanya dulu, saya sangat ngarep dikirim ke luar negeri sama perusahaan. Tapi karena saya lebih dulu terpanggil untuk menerima pekerjaan yang sekarang, saya belum sempat untuk menunaikan tugas tersebut.

Jadi ceritanya teman yang masih di sini sama saya, sama-sama mantan di perusahaan lama karena dia lebih senior jadi dia sudah pergi kesini sebelumnya. Setelah dari Merlion dan Marina Bay kami menuju Lau Pa Sat dan Shenton Way. Di Merlion ada papan penunjuk jalan menuju ke Lau Pasat.

Kami melewati Lau Pasat dan lebih dulu ke Shenton Way. Shenton Way adalah gedung dimana perusahaan kami dulu bermukim. Menyempatkan waktu sebentar untuk mampir, bagi teman saya ini adalah nostalgia, sedangkan ini adalah semacam mewujudkan impian yang sempat tertunda. Lau Pa Sat adalah semacam pujasera di Singapura, dengan bangunan khasnya yang lawas dan harga yang cukup terjangkau tempat ini dijadikan tujuan makan siang bagi para pegawai di sekitar sana. Di sana saya tidak membeli makanan hanya es tebu yang kalau tidak salah berharga +/- 1 SGD dan pastel isi tuna yang kami beli di daerah Shenton Way. Pastel ini adalah sarapan favorit teman saya selama 2 minggu disana.

Garden By The Bay Siang Hari
Setelah puas jalan-jalan dan bernotalgia, kami mencari stasiun MRT terdekat yang menuju ke Garden By The Bay. Sesampainya di Garden By The Bay, kami langsung beli tiket seharga SGD 5 dan naik ke atas. Meskipun sudah kesini ketika malam hari kami tetap sangat menikmati siang itu, apalagi kami sampai naik ke atas. Meskipun teman saya yang sebenarnya fobia ketinggian ini awalnya mewek, akhirnya ia tersenyum saat di foto. 


Perjalanan selanjutnya tentu saja balik ke Hostel, karena pesawat teman saya sore hari. Meskipun pesawat saya malam saya juga ikut balik daripada sendirian kayak orang ilang.

Kembali Ke Changi
Selanjutnya kamipun kembali ke Changi, sementara teman saya langsung check in dan boarding saya menunggu di Bandara. Menikmati suasana disana, menikmati manusia dari berbagai penjuru dunia berjalan lalu lalang, dengan gaya yang sangat beragam. Sejak kecil saya sudah jatuh cinta sama Bahasa Jepang dan kebetulan sebelah saya berkumpul sekeluarga dari Jepang yang juga sedang menunggu pesawat. Bahkan percakapan mereka pun bisa saya nikmati,hahaha.

Nikmatilah kebahagiaan kecil yang kamu peroleh, supaya bisa menghargai kebahagiaan yang lebih besar.

Ketika boarding dan ada di ruang tunggu, saya baru bisa pake wifi. Sempet deg2an karena bawa pulang minyak wangi, tapi alhamdulillah akhirnya lolos. 

Dan esok haripun dunia nyata menanti.

"A thousand miles begins with a single step" Lao Tsu

Tags : Culinary. Traveling, Singapura

Jalan-Jalan di Singapura Part 1 (Hari Pertama dan Kedua)

0 comments
24 Agustus 2014

Changi Arport
Kami sampai di Singapura +/- pukul 9/10 pagi waktu setempat, rombongan dari Surabaya datang lebih dulu dari kami yang dari Jakarta. Awalnya kami janjian sesampainya sana kami akan berhubungan dengan bbm menggunakan Wifi Bandara, tapi sayang masing-masing dari kami kesulitan mencari tau password wifi. Untungnya tak lama kemudian saat saya jalan menuju pemeriksaan imigrasi saya melihat dua teman saya lagi duduk dan melihat saya. Ketika melihat kami, mereka berdua langsung memasang wajah lega ternyata mereka tidak bisa menembus pemeriksaan imigrasi karena tidak bisa menyebutkan tempat dimana mereka akan menginap.

Setelah bertemu dan menulis formulir pemeriksaan imigrasi kami berhasil masuk kemudian mencari jalan untuk ke stasiun MRT terdekat. Tidak semua dari kami newbie, salah satu teman saya sebelumnya sudah pernah ke Singapura tetapi karena dengan biaya kantor ia tidak perlu repot mencari stasiun MRT dan naik taxi. Sempat muter-muter di Changi dan akhirnya menemukan Sky Train menuju Stasiun MRT Changi.  Selain membeli EZ link (kartu untuk naik MRT dan Bus) seharga SGD 12 kami juga mengambil peta MRT sebagai pedoman kami selama disini. Kami menuju Stasiun Tanah Merah dan karena keasyikan ngobrol dan poto-poto, kami tidak menyadari kalau MRT yang kami tumpangi kembali lagi ke Changi (ya sudahlah,hahaha).

Tempat pertama yang kami tuju adalah penginapan di daerah Boat Quay, sempet ke MRT City Hall untuk menuju penginapan, tapi katanya masih jauh kalau harus jalan kaki. Mbak Mbak disana menyarankan kami naik MRT lagi dan turun di MRT Raffles Place untuk menuju Boat Quay. Setelah berputar-putar dan kecapekan kami menemukan penginapan kami, sepanjang jalan ke hostel pemandangannya cukup bagus dan bisa disebut “memang seperti di luar negeri”.

Kampung Bugis
Kami sampai di penginapan +/- pukul 12 siang, petugas resepsionis mengatakan kami baru bis check in jam 14.00  (meskipun kami check in onine jam 13.00), ada 2 pilihan menunggu atau nitip barang kemudian jalan-jalan. Agar tidak membuang waktu kami putuskan untuk menitipkan barang-barang kemudian pergi jalan-jalan. Karena masih jelek dan belum mandi, kami pergi ke tempat wisata yang ngga butuh poto-poto pilihan jatuh pada Bugis Market untuk membeli oleh-oleh.
Cara menuju Bugis Market dari 5footwayinn Boatquay dengan MRT :
Raffles Place – City Hall – Bugis

Target awal adalah membeli oleh-oleh sejenis kaos, gantungan kunci dan lainnya tapi akhirnya kami keblinger sama baju-baju disana. Dan jangan lupa menawar ketika beli baju. Setelah puas berbelanja oleh-oleh kami menuju Mustafa, konon kata teman-teman sejawat disinilah surga untuk membeli coklat.

Mustafa
Mustafa terletak di kawasan Little India, jadi tidak heran kalau disana dipenuhi dengan Warna Negara Singapura keturunan India. Mustafa sendiri adalah supermarket yang didirikan oleh WN Singapura keturunan India.

Marina Bay Sands dan Merlion di Malam Hari
Sepulangnya dari Mustafa Center ke Hostel kami mulai membersihkan diri dan mempersiapkan perjalanan selanjutnya. Karena lokasinya yang juga dekat dengan Hostel, kami putuskan untuk menikmati kawasan Merlion dan Marina Bay Sands di malam hari dengan berjalan kaki dari Hostel. View malam hari cukup indah ditambah dengan festival laser dan air mancur yang disajikan langsung dari Marina Bay Sand.

25 Agustus 2014

Botanic Garden
Pagi itu hujan cukup deras untuk membasahi baju kami, kami yang sebelumnya berencana pergi ke Universal Studio akhirnya memutuskan kembali ke Hostel dan memikirkan rencana ulang. Iya, akhirnya kami memutuskan pergi ke Botanic garden karena selain lokasinya yang lebih dekat daripada USS, waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan mungkin akan lebih pendek dibandingkan jika kami pergi ke USS dengan tujuan mencoba semua wahana yang ada disana. Selama membaca itenary beberapa pelancong dan dari cerita teman, sangat sedikit sekali turis Indonesia yang mengunjungi Botanic Garden. Banyak alasan yang mendasarinya, salah satunya mungkin karena Singapura lebih dikenal sebagai surga belanja dengan tata kota yang wah dan canggih sehinga sangat sedikit yang ingin mengunjungi Kebun Raya disana. Bagi saya sendiri sebagai pecinta tanaman, tentu saja tempat ini adalah salah satu tujuan utama saya. Dan ketika kami keluar, hujan mulai mereda meninggalkan gerimis kecil menyapa.

Cara menuju Botanic Garden dari 5footwayinn Boatquay dengan MRT :

Raffles Place (jalur biru) kemudian transit di Promenade (ganti jalur kuning) menuju MRT Botanic Garden. Antara Promenade dan Botanic Garden melewati beberapa stasiun MRT.

Turun dari stasiun Botanic Garden kami disambut hamparan hijau rumput yang cukup terawat dengan baik. Sebenarnya ini adalah kebun raya Bogor versi Singapura tentu saja yang ini dengan perawatan ekstra. Untuk masuk kesini tidak dikenakan tiket alias gratis kecuali jika ingin masuk ke Orchid Garden, tiket masuk seharga SGD 5.


Anggrek yang ada di Orchid Garden Singapura sebenarnya banyak yang berasal dari Indonesia yang ironisnya tidak saya temukan di Kebun Raya Bogor atau mungkin memang belum berkembang saat saya kesana jadi saya tidak mengenali bunganya. Sekali lagi saya terwonder-wonder dengan perawatan bunga yang ada di Botanic Garden Singapura.

Kami mulai kelelahan menyusuri Botanic Garden sampai akhirnya mencari papan penunjuk jalan untuk ke Orchad Road. Jarak yang kami tempuh cukup jauh dengan jalan kaki, meskipun ketika kami bertanya pada petugas sekitar mereka menjawab jarak jalan kaki ke pintu keluar cukup dekat (sepertinya jarak jalan kaki orang Indonesia dan Singapura jauh berbeda ya). Dan akhirnya kami pun menemukan pintu keluar dan perjalanan belum selesai sampai disana.

Orchad Road
Keluar dari Botanic Garden hujan mengguyur cukup deras, kami berlari ke arah halte busway terdekat dan mencari Bus untuk menuju Lucky Plaza yang ada di kawasan Orchad Road. Tidak perlu khawatir, cukup banyak pilihan bus untuk menuju Lucky Plaza kita hanya perlu membaca peta bus di halte dan bertanya kepada driver. Meskipun tetap saja akhirnya kami salah turun di halte yang jauh dari Lucky Plaza. Thats not a problem at all, karena kami menikmati perjalanan ini. Mencari oleh-oleh, makan dan jalan-jalan adalah tujuan kami disini. Isinya mall semua, tapi tidak perlu khawatir kita justru bisa menemukan makanan yang enak dan murah disini.

Fish Soup dengan tulisan No Pork and No Lard seharga +/- SGD 5 cukup memuaskan lidah dan kantong kami. Akhirnya kami menemukan makanan yang benar-benar bisa kami nikmati. Setelah kami puas makan, beli oleh-oleh dan jalan-jalan kami pun mencari masjid yang ada di wilayah terdekat. Salah satu pegawai toko mengarahkan kami untuk pergi ke masjid Al Falah yang katanya dekat dengan lokasi. Dan sekali lagi kami menyadari bahwa standard jauh dekat WNI dan WN Singapura sepertinya memang jauh berbeda. We’re so tired!

Masjid Al Falah
Setelah berjalan jauh, berputar dan bertanya kesana kemari akhirnya kami menemukan masjid Al Falah yang berada di kawasan Orchad Road. Cara untuk mengingatnya jika saya harus datang kesini lagi adalah ada ornamen warna kuning di dekat perempatan arah masuk menuju masjid. Sesampainya di masjid kami pun beribadah dan beristirahat sejenak sampai waktu solat maghrib dan berniat melanjutkan berjalanan ke Garden By The Bay meskipun sebenarnya kami sangat lelah.
Cara menuju Garden By The Bay dari Orchad Road dengan MRT :
Orchad Road menuju Marina Bay (jalur merah) selanjutnya transit di Marina Bay menuju Bayfront (Jalur Kuning)

Garden By The Bay di Malam Hari
Kami berjalan kaki dari stasiun Bay Front menuju lokasi Garden By The Bay, sempat naik ke tangga menuju Marina Bay Sand dan masuk kesana tapi kami tidak diijinkan masuk lebih jauh tentu saja karena kami bukan tampu hotel. Kami sampai di Garden Bay The Bay pad malam hari, karena waktu habis untuk foto-foto dan berhenti sesekali untuk menikmati pemandangan akhirnya ketika kami akan membeli tiket untuk baik ke atas dan loket sudah tutup. Langit sudah gelap dan akhirnya kami memutuskan menikmatinya di bawah dan ternyata itu keputusan tepat. Sesaat kemudian musik menyala dan lampu-lampu di pohon buatan itu mulai bergonta-ganti warna, benar-benar indah. Kami dengan santainya memutuskan berbaring di bawah pohon untuk melihat pemandangan mengagumkan yang berada tepat di atas kami tanpa mempedulikan apakah baju kami akan kotor. Dan ajaibnya cara kami diikuti oleh orang-orang yang sedang ada disana, entah karena kami yg memulai atau memang kebanyakan memang seperti ini sebelumnya.

Setelah cukup puas menikmati Garden By The Bay di malam hari kamipun pulang menuju penginapan.

Tags : Culinary, Singapura, Traveling

Review Penginapan di Singapura : 5footwayinn Project Boat Quay

0 comments
Setelah baca dimana-mana dan tanya sana sini akhirnya kami (saya lebih tepatnya) memutuskan untuk menginap di 5footwayinn Boat Quay. Kami putuskan untuk tidak berpindah hostel selama ada disana untuk efisiensi waktu. Saya dapat rekomendasi dari dua orang teman, yang pertama adalah mbak Vika yang pernah menginap di 5footwayinn China Town Project dan sahabat saya kuliah si Ega yang memang pernah menginap disini selama 2 hari. Keduanya saya kenal punya pengalaman dan selera yang cukup bagus untuk penginapan.

Kami booking tanggal 05 Agustus 2014, kurang lebih 3 minggu sebelum berangkat. Saya langsung booking ke webnya langsung di www.5footwayinn.com/links/project-boat-quay.html untuk harga yang lebih murah mungkin bisa booking jauh-jauh hari di web promo semacam agoda atau yang lain. Kami disana berempat jadi kami memesan kamar dengan isi 4 orang, di web saya baca bahwa kamar yang isinya 4 orang itu tulisannya superior room dan disana ada keterangan “with window” alias pake jendela. Jadi meskipun hostel jangan bayangkan kamarnya pengap gtu, karena kamar kami langsung ngadep ke jendela dan pemandangannya woww banget. Kamar kami langsung menghadap Singapura River dan view langsung ke Marina Bay. Absolutely great room! Beberapa point yang [erlu diperhatikan terkait hostel ini :

1. View
Salah satu alasan kenapa saya memilih menginap disini adala karena viewnya yang menggoda, langsung menghadap ke Marina Bay. Berhubung saya belum mampu nginep di Marina Bay ya cari penginapan yang bisa memandang langsung salah satu icon Singapura tersebut.

2.    Lokasi
 Nah ini juga jadi point penting kenapa saya milih nginep disini meskipun mahal (jika dibandingkan hostel lain, bahkan dibanding project 5footwayinn yang lain). 5footwayinn Boatquay beralamat di 76 Boatquay Singapura. Lokasinya dekat sekali dengan Merlion Park, Cavenah Bridge dan lain-lain semua bisa dijangkau dengan jalan kaki 5-10 menit. Stasiun MRT terdekat ada dua yaitu Rafles dan Clarke Quay jadi kalo mau kemana-mana tinggal pilih dua stasiun itu. Keluar dari penginapan ke arah kanan kita menuju Rafles sedangkan ke kiri kita ke stasiun Clake Quay. Jangan lupa tanya ke resepsionis sebelum berangkat karena ini akan membantu kita memilih jalur trasnportasi yang tepat. Oh ya disini juga bisa di dapat tiket Universal Studio yang lebih murah dibanding di USSnya. Disini saya dapat SGD70 sedangkan di USS SGD 74.

3.    Makanan


Hostel menyediakan sarapan berupa roti dan buah tetapi tidak untuk makan siang dan makan malam. Tapi jangan kuatir, dekat penginapan terdapat Mc D yang bisa kita datangi kapan saja karena ini 24 jam. Asalkan ngga bosan kita bisa mampir kesini saat lapar menyapa dan merasa kesulitan untuk cari makanan yang familiar di lidah dan murah (range harga 3-5 SGD). Oh ya mohon maaf saya tidak memperhatikan label halal disana karena saya berpikir sama kayak di Indonesia, saya baru sadar ketika tidak ada nasi disana artinya setiap negara pasti beda penyajian ya (bodo banget saya). Kalo ga ada labelnya plg ngga bisa pesen kentang dan burger tanpa daging untuk ganjal perut. Smoga halal, Wallahualam.. Tentang halal menghalal bisa juga dipilih makanan di pinggir Singapore River meskipun tidak sehat untuk kantong tapi beberapa penjual ketika melihat saya yang pake kerudung mengatakan makanannya halal. Saya sempat mencoba dan ternyata harganya memang fantastis, lha wong cah kangkung aja kalo di kurs kan harganya bisa sampe 200rb bo’ gimana ngga nangis saya liat daftar menunya....

4.    Harga 
Nah kalo harga bisa langsung dicek di webnya. Tapi untuk saya sendiri, ketika ngitung harga penginapannya ternyata lumayan bo’. Seperempat uang saku slama disini bisa habis untuk penginepannya aja. Jadi ini rinciannya :

Catatan :
Booking diatas untuk 4 orang, selama 3 malam
-    Untuk hari minggu rate hostel lebih mahal yaitu SGD 176 (hari biasa SGD 160)
-    Yang harus dibayarkan saat booking sebesar USD 52,16 (yang ini US dollar ya)
-    Yang harus dibayar saat check in adalah SGD 436,48.

Sesampainya disana kita nambah SGD 20  untuk satu kunci sebagai deposit, tapi uang ini akan dikembalikan lagi ke kita ketika check out. Jadi tidak perlu khawatir, sewa kunci sebutuhnya aja. Kalo butuh 4 ya sewa 4, toh duitnya juga balik. Kami putuskan sewa satu karena sudah pasti kami bakal ber4 kemana-mana.

Untuk foto kamar, saya belum sempat foto karena keburu istirahat dulu sebelum moto kasurnya, kondisi kurang lebih sama kayak di web hostel.

Sekian reviewnya, smoga bermanfaat. Jangan sungkan untuk tinggalkan komentar. Terima kasih.

Tag : Traveling, Singapura