Singapura merupakan negara yang paling sering dijadikan tujuan utama oleh traveller abroad newbie, atau bahasa gampangnya Singapura itu negara yang paling sering dijadikan ajang coba-coba traveller luar negeri anyaran seperti saya.
Mengapa Singapura? Apakah saya benar-benar ingin kesana?
Singapura adalah salah satu negara ASEAN, sehingga kita tidak memerlukan Visa untuk bisa masuk kesana. Transportasi yang cukup mudah juga menjadi pertimbangan banyak pelancong dari Indonesia untuk menjadikan Singapura sebagai negeri pertama yang disinggahi. Kalau ditanya apakah saya benar-benar ingin kesana? jawabannya adalah tidak. Seorang teman mmeberi tahu bahwa Singapura negara yang membosankan karena isinya hanya mall dan gedung-gedung. Tapi saya tetap merasa senang ketika melakukan perjalanan kesana, karena prinsip saya seperti kata pepatah
“its not about the destinantion, its all about the journey”
Sekedar sharing lika liku perjalanan kemarin...
1. Tiket
Tiket sudah dibeli jauh-jauh hari kurang lebih 1 tahun sebelumnya karena hunting tiket promo Air Asia, pada awalnya kami berangkat berlima 3 orang dari Jakarta dan 2 orang dari Surabaya. Tetapi salah seorang teman berhalangan berangkat dan kami akhirnya berangkat berempat. Saya dapat Jakarta-Singapura PP Rp 550rb tanpa bagasi.
Fyi biaya hidup di Singapura mahal, jadi usahakan membeli tiket promo ketika ingin jalan-jalan kesana apalagi untuk orang dengan dompet tipis kayak saya.
2. Paspor
Paspor saya urus secara online dan bisa pilih tanggal untuk kedatangan saya di imigrasi, waktu itu saya paskan dengan hari cuti ketika pulang kampung karena saya berniat ngurus di Jawa Timur. Copy dokumen sudah di submitted saat pendaftaran online sehingga tidak perlu lama mengantri saat datang di kantor imigrasi. Domisili saya di Jakarta tetapi paspor saya urus di Kediri, salah satu kota di Jawa Timur yang sudah punya kantor imigrasi. Kebanyakan pengurus paspor adalah Bapak/Ibu yang akan berangkat haji dan beberapa TKI/TKW. Hampir tidak ada yang daftar online sehingga saya tidak perlu antri lama. Estimasi paspor jadi kurang lebih 1 minggu. Jika ada waktu dan kesempatan tata cara pendaftaran visa online akan saya bahas lebih lanjut dalam tulisan berikutnya.
3. Penginapan.
Kami menginap di 5footwayinn project Boat Quay
4. Tuker Duit SGD
Karena bekerja di lembaga keuangan, saya pede tidak langsung segera tukar dollar jauh-jauh hari mikirnya kan bisa tukar di kantor. Nah masalahnya adalah teman saya juga nitip sedangkan cabang yang saya tempati tidak punya stock banyak untuk SGD. Saya benar-benar kelabakan, karena hari itu hari jumat, besoknya hari sabtu dan saya sudah harus berangkat di hari Minggu. Saya dapat info dari teman bahwa di MOI ada satu money canger, yang terletak di dalam mall tepatnya depan Carefour lantai basement Mall of Indonesia akhirnya saya datang dan menukar uang. Sayangnya hanya ada 200 SGD, sedangkan teman nitip 400 SGD.
Akhirnya saya pun memasuki hampir seluruh bank yang ada di komplek MOI untuk tuker duit dan hasinya nihil. Saya pun menyimpulkan dari sekian banyak bank yang ada di MOI sepertinya hanya satu saja yang menyediakan SGD yaitu institusi tempat saya bekerja. Kelapa Gading, domisili saya saat ini sebenarnya banyak terdapat money changer tapi ketika bertanya ke salah satu bank, katanya money changer buka hanya selama jam kerja. Saya tidak mungkin keluar dari kantor selama bekerja sedangkan jam istirahat telah habis. Saya pun mulai panik dan entah kenapa ada yang mendorong saya untuk kembali ke money changer sebelumnya. Memang rejeki tak kemana karena ketika saya datang ada yang sedang menjual SGDnya dan pas jumlahnya 200 SGD. Bayangkan betapa beruntungnya saya! Alhamdulillah..
Selidik punya selidik setelah itu setiap pulang saya selalu menyelidiki money changer di daerah Kelapa Gading dan ternyata 2 money changer yang ada di depan Mall Kelapa Gading (MKG) buka 24 jam! Hey, saya benar-benar cupu dan ga gaul...
0 comments :: Jalan-Jalan Ke Singapura
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar...