26 Agustus 2014
Hari ketiga kami memutuskan fokus di Universal Studio Singapore, karena banyak yang bilang menghabiskan waktu seharian untuk antri di wahananya. Kami beruntung kesana pada hari selasa bulan weekend, jadi tidak begitu ramai meskipun juga tidak sepi. Untuk memasuki wahana kami tidak perlu mengantri terlalu panjang.
Untuk menuju ke USS, kami naik dari stasiun MRT Clark Quay dengan satu kali jalan tanpa transit dengan melalui rute berikut :
Clark Quay – China Town – Teluk ayer – Outram Park – Harbourfront
Ada 2 pilihan untuk menuju USS dari stasiun MRT Harbourfront yaitu melanjutkannya dengan naik MRT lagi atau cable car, untuk naik MRT kita menuju ke Vivo City di lantai bagian atas. Biaya naik MRT ke USS +/- SGD 2. Karena disini kami berniat untuk mencoba hal hal baru kami memutuskan untuk naik cable car. Biaya untuk naik cable car lumayan mahal yaitu +/- SGD 30, namun kami mendapatkan potongan harga menjadi +/- SGD 25 dengan menunjukkan boarding pass kami. Oleh karena itu saya sarankan bagi teman-teman untuk selalu membawa boarding pass kemana-mana, ada beberapa hal yang membutuhkan ini untuk dapat potongan harga.
Dengan biaya tersebut kami mendapatkan tiket pulang pergi, oh ya untuk naik cable car kami harus keluar dari Vivo City menuju gedung Harbourfront Tower 2.
Dengan biaya tersebut kami mendapatkan tiket pulang pergi, oh ya untuk naik cable car kami harus keluar dari Vivo City menuju gedung Harbourfront Tower 2.
Sebelum ke USS, kami berhenti di Faber Peak untuk melihat-lihat pemandangan disana, sekedar foto-foto dan menikmati sejuknya “hutan” di Singapura.
Universal Studio Singapura
Turun dari stasiun cable car Pulau Sentosa kami menaik bis untuk menuju ke USS. Kami memasuki USS dengan tidak melewatkan foto-foto di depan icon USS yaitu bola dunia jumbo yang ada di depannya. Sementara itu untuk saya pribadi ketika masuk ke dalam hanya berani mencoba wahana yang aman dan tidak menakutkan. Eits, karena buta wahana ada saja wahana yang membuat saya takut setengah mati. Beberapa wahana yang saya coba antara lain :
1. Madagaskar
Kalo ini tidak lebih dari sekedar naik kapal kemudian basah-basah, saya suka yang ringan-ringan kayak gini,hahha. Selain itu teman-teman mencoba komidi putar, dan bisa ditebak saya cuma duduk di samping wahana sebagai juru foto mereka.
2. Jurassic Park
Terdiri dari beberapa wahana dan seperti biasa saya memilih yang naik kapal-kapalan dan tidak berani mencoba yang terlalu ekstrim. Yang saya pilih semacam Arum Jeram di Dufan tetapi menggunakan konsep alam dari Jurassic Park. Dan tentu saja kalo sama persis dengan Dufan namanya bukan USS karena di akhir perjalanan ada “kejutan” yang membuat kita kembali berpikir, ini bukan Dufan! Tidak perlu saya ceritakan, cukup dicoba sendiri.
3. 4D Shrek
Awalnya agak bingung dengan wahana ini, karena kita cuma dikumpulkan di sebuah ruangan. Karena cukup lama saya dan teman-teman bertanya-tanya, mau diapakan kita ini. Jangan-jangan mau di acak-acak di dalam ruangan,hahaha. Dan akhirnya kami pun disuruh berbaris untuk memasuki ruangan lain. Dan akhirnya kami menikmati bertunjukkan 4D Shrek, mmm bagi saya ini keren banget karena 4D terakhir yang saya coba adalah di BNS jadi tentu saja tidak bisa dibandingkan,hahha.
4. The Mummy
Haduh kalo yang ini bener-bener deh. Feeling saya nggak enak ketika masuk, selain karena saya takut banget sama yang berbau horor juga takut akan kecepatan dan ketinggian (bener-bener mental lemah ya,hahaha). Tapi ya akhirnya saya mencobanya dan alhamdulillah saya tidak menyesal meskipun setelah itu saya mengalami super shocking begitu keluar dari wahana. Teman saya berkali-kali bertanya? Kamu ngga papa kan Ran? Saya cuma bisa menelan ludah berusaha untuk tidak muntah,hahhaa.
5. Transformer
Kalo yang ini menjadi favorit saya bersama teman-teman yang lain, meskipun saya udah mual mual gara-gara di The Mummy, saya cukup menikmati wahana ini. Very recommended dan yang paling penting sama seperti wahana lainnya kami tidak megantri panjang. Konon katanya kalo weekend atau hari senin, antrian semua wahana dijamin panjang apalagi untuk Transformer. Meskipun demikian ada teman saya yang rela mengantri 2 kali saat weekend untuk wahana ini. Dan tentu saja teman-teman saya kali ini juga demikian, meninggalkan saya yang memutuskan untuk tidak antri lagi karena rasa mual yang tak kunjung usai setelah The Mummy sebelumnya. Akhirnya saya putuskan menunggu di area World Premier, beberapa saat kemudian ternyata ada pertunjukkan street dance.
6. Street Dance
Hal yang saya sukai ketika melihat pertunjukkan ini adalah komunikasi penari dan penonton, karena kalo sekedar kemampuan menari K-Pop masih jadi standard saya. Interaksi penari dan penonton membuat kita merasa seperti “kita memang sedang di luar negeri ya”. Lucu sekali melihat tingkah dan keberanian anak-anak dari seluruh penjuru dunia.
7. Steven Spielberg
Saya lupa apa nama wahananya, yang jelas ada hubungannya sama Pak Steve. Disini ya semacam dikasih lihat efek-efek dalam film di Hollywood
Menjelang sore/malam kami pun memutuskan pulang, dengan kaki pegal-pegal dan tentu saja lapar. Tapi hati puas luar biasa, menuju ke stasiun cable car pulau sentosa kami kembali menaiki bis dari royal casino. Karena kelelahan dan bis cukup sepi, saya menyelonjorkan kaki. Kami mengobrol di dalam bis kemudian Pak supir yang tau bahasa kami, menebak kami dari Indonesia. Hal yang menyenangkan ketika liburan di sini adalah kami sangat dihargai sebagai Turis.
- Vivo City
Perut sudah mulai keroncongan tapi seorang teman masih gelap mata pengen beli baju, setelah puas kami pun menuju foodcourt. Terjadi miskomunikasi disini, berdasarkan info teman Vivo City ada foodcourt kusus muslim, tapi tempat yang ditunjukkan beda karena masih ada yang jual babi. Awalnya agak ragu, tapi karena kaki sudah gempor dan akhirnya nemu kedai denga tulisan no pork, no lard kami putuskan untuk tetap tinggal. Ada Java Kitchen dsini, jadi saya bisa bernafas lega dan tanpa ragu saya pun memesan tahu tek yang akan menjadi tahu tek termahal sepanjang hidup saya. Haganya SGD 5, yang kalo dibelikan di Gebang Lor Surabaya jaman dulu udah bisa dapat 10. Tapi rasanya alhamdulillah tidak mengecewakan.
Oh ya untuk solat, di vivo city ada tempat untuk sholat. Dan saran saya untuk sholat, sebaiknya disegerakan. Bagi saya ini adalah pelajaran yang berharga, karena saya kelewatan dan saya sangat menyesal....
Kadang-kadang kita lupa di negara lain tak semudah di negara sendiri untuk menemukan mushola, jadi jika ada kesempatan, tempat dan waktu jangan pernah dilewatkan.
27 Agustus 2014
Di hari ke empat ini waktu sangat singkat untuk kedua teman saya dari Surabaya, sementara saya pulang termasuk sangat malam. Karena yang pesan tiket ini adalah teman saya yang membatalkan keberangkatan, jadi saya bakal balik sendirian. Sebelum itu, kami berempat ingin menikmati beberapa tempat wisata yang sebelumnya telah kami kunjungi di malam hari.
Singapore River, Anderson bridge, Cavennah Bridge
Sepanjang perjalanan ke Merlion dari penginapan kami selalu disuguhi pemandangan yang indah, karena kami berangkat lebih bagi suasananya benar-benar sangat menyenangkan disini. Sekali lagi kami merasa tidak salah dalam memilih penginapan.
Merlion dan Marina Bay San di Pagi Hari
Karena kami berempat punya bakat jadi poto model, jadi bagi kami semua sesi foto adalah hal yang tidak bisa dihindari. Apalagi poto-poto di icon negara ini, kami merasa harus punya 2 versi, yaitu siang dan malam supaya dapat feelnya. Karena teman saya yang dari Surabaya harus ke Changi sebelum jam 10, akhirnya kami pun berpisah, mereka kembali ke penginapan dan kami berdua melanjutkan perjalanan.
Lau Pa Sat dan Shenton Way
Lau Pa Sat dan Shenton Way
Sebelum saya bekerja di perusahaan saya yang sekarang saya bekerja di salah satu perusahaan swasta di bagian ekspor, bahasa kerennya sih Marketing International tapi saya yang payah ini merasa tidak pantas disebut demikian dan Marketing Ekspor sepertinya lebih cocok. Ketika saya masih disana dulu, ada semacam peraturan tidak tertulis tentang penugasan pegawai ke Singapura sebagai trader. Jadi ceritanya dulu, saya sangat ngarep dikirim ke luar negeri sama perusahaan. Tapi karena saya lebih dulu terpanggil untuk menerima pekerjaan yang sekarang, saya belum sempat untuk menunaikan tugas tersebut.
Jadi ceritanya teman yang masih di sini sama saya, sama-sama mantan di perusahaan lama karena dia lebih senior jadi dia sudah pergi kesini sebelumnya. Setelah dari Merlion dan Marina Bay kami menuju Lau Pa Sat dan Shenton Way. Di Merlion ada papan penunjuk jalan menuju ke Lau Pasat.
Kami melewati Lau Pasat dan lebih dulu ke Shenton Way. Shenton Way adalah gedung dimana perusahaan kami dulu bermukim. Menyempatkan waktu sebentar untuk mampir, bagi teman saya ini adalah nostalgia, sedangkan ini adalah semacam mewujudkan impian yang sempat tertunda. Lau Pa Sat adalah semacam pujasera di Singapura, dengan bangunan khasnya yang lawas dan harga yang cukup terjangkau tempat ini dijadikan tujuan makan siang bagi para pegawai di sekitar sana. Di sana saya tidak membeli makanan hanya es tebu yang kalau tidak salah berharga +/- 1 SGD dan pastel isi tuna yang kami beli di daerah Shenton Way. Pastel ini adalah sarapan favorit teman saya selama 2 minggu disana.
Garden By The Bay Siang Hari
Setelah puas jalan-jalan dan bernotalgia, kami mencari stasiun MRT terdekat yang menuju ke Garden By The Bay. Sesampainya di Garden By The Bay, kami langsung beli tiket seharga SGD 5 dan naik ke atas. Meskipun sudah kesini ketika malam hari kami tetap sangat menikmati siang itu, apalagi kami sampai naik ke atas. Meskipun teman saya yang sebenarnya fobia ketinggian ini awalnya mewek, akhirnya ia tersenyum saat di foto.
Perjalanan selanjutnya tentu saja balik ke Hostel, karena pesawat teman saya sore hari. Meskipun pesawat saya malam saya juga ikut balik daripada sendirian kayak orang ilang.
Kembali Ke Changi
Selanjutnya kamipun kembali ke Changi, sementara teman saya langsung check in dan boarding saya menunggu di Bandara. Menikmati suasana disana, menikmati manusia dari berbagai penjuru dunia berjalan lalu lalang, dengan gaya yang sangat beragam. Sejak kecil saya sudah jatuh cinta sama Bahasa Jepang dan kebetulan sebelah saya berkumpul sekeluarga dari Jepang yang juga sedang menunggu pesawat. Bahkan percakapan mereka pun bisa saya nikmati,hahaha.
Nikmatilah kebahagiaan kecil yang kamu peroleh, supaya bisa menghargai kebahagiaan yang lebih besar.
Ketika boarding dan ada di ruang tunggu, saya baru bisa pake wifi. Sempet deg2an karena bawa pulang minyak wangi, tapi alhamdulillah akhirnya lolos.
Dan esok haripun dunia nyata menanti.
0 comments :: Jalan-Jalan di Singapura Part 2 (Hari Ketiga dan Keempat)
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar...