Situ Patenggang, Pesona Tersembunyi di Bandung Selatan

Perjalanan ke Bandung kali ini sangat istimewa karena memakan waktu selama 12 jam, iya 12 jam. Lama perjalanan bukan karena macet tetapi karena kami sedang melakukan perjalanan bersama anggota geng motor (bikers) kantor sehingga untuk sampai di tempat tujuan kami saling menunggu satu sama lain. Saya bersama 6 teman yang lain lebih dulu sampai di penginapan karena kami menggunakan mobil, sementara rombongan motor masih ada di perjalanan.


Sesampainya di penginapaan kami bergiliran mandi kemudian memasak nasi dan makan. Kami menginap di Rancabali di sebuah rumah yang dikelilingi oleh kebun teh yang menghampar luas seperti permadani berwarna hijau. Rumah yang kami tempati terdiri dari 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, dapur serta sebuah ruangan tengah yang cukup luas dan dilengkapi dengan beberapa kasur lipat. Sewa untuk penginapan cukup murah yaitu sebesar Rp 1.300.000,- untuk semalam. Karena jumlah rombongan kami cukup banyak kurang lebih 20 orang sehingga kami menyewa 4 selimut tambahan dengan biaya sewa Rp 25.000,- per selimut. Siang itu rombongan motor belum juga datang akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Situ Patenggang.

Ini adalah kedua kalinya saya ke Situ Patenggang, setelah dua tahun yang lalu saya datang bersama dengan teman-teman dari kantor lama. Situ Patenggang adalah sebuah danau yang dikelilingi kebun teh yang berlokasi di Ciwidey, Bandung Selatan. Pada umumnya ketika wisatawan pergi ke Ciwidey maka kita akan lebih sering mendengar mereka pergi ke Kawah Putih dan Kebun Strawberrynya, padahal masih banyak tempat wisata lain dan salah satunya adalah Situ Patenggang. Kunjungan kedua kali ini agak berbeda, berbeda karena Situ Patenggang sudah banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan 2 tahun lalu. Yang paling mencolok adalah dibangunnya pondok-pondok dan jembatan yang terbuat dari bambu, bangunan ini semakin mempermanis keindahan Situ Patenggang. Sebagai catatan tiket masuk per orang untuk weekend adalah Rp 20.500,- sedangkan untuk parkir mobil Rp 11.500,-.


Hujan sore itu di satu sisi menjadikan pemandangan semakin indah tapi disisi lain kami tidak bisa leluasa berjalan apalagi untuk photo-photo karena hujan tidak kunjung berhenti. Beberapa saat kemudian beberapa teman yang naik motor datang menyusul meskipun tidak semuanya. Kami berkumpul di salah satu pondok/gubuk yang langsung menghadap ke Situ dan Kebun Teh lengkap dengan kue cucur yang kami  bawa dari Jakarta serta gorengan yang kami beli di area Situ Patenggang seharga Rp 1.500,- per gorengan.

Sebenarnya ada satu wahana yang patut dicoba yaitu naik kapal ke Pulau Asmara untuk melihat Batu Cinta, berdasarkan mitos masyarakat setempat Pulau Asmara tepatnya Batu Cinta adalah tempat bertemunya sepasang kekasih yang merupakan Putra Prabu dan titisan Dewi yaitu ki Santang dan Dewi Rengganis. Menurut kepercayaan masyarakat pasangan yang mengelilingi Pulau Asmara dan Singgah di Batu Cinta akan mendapatkan restu dari sepasang kekasih tersebut. Ini cuma mitos lho ya, anggap saja ini sumber pengetahuan urusan kepercayaan tidak ada yang lebih baik dibandingkan percaya pada Allah. Karena hujan membuat kami malas beranjak dari gubuk dan memutuskan untuk tidak menyeberang.

Untuk teman-teman yang tidak membawa kendaraan pribadi jangan khawatir karena ada angkutan yang melewati tempat wisata ini. Jika kita sudah ada di Kawah Putih maka dibutuhkan satu kali angkutan menuju Situ Patenggang dan memakan waktu kurang dari setengah jam. Selama itu kita akan disuguhi lukisan alam yang terdiri dari hamparan kebun teh hijau sejauh mata memandang. Menurut saya ini adalah kebun teh terindah yang pernah saya lihat, sebelumnya kebun teh yang pernah saya kunjungi adalah kebun teh lawang yang ada di Malang Jawa Timur serta Kebun Teh yang ada di Puncak Bogor. Kebun teh Walini yang ada di Ciwidey ini dikelola langsung oleh perusahaan BUMN PTPN XII.


Maka jika teman-teman sedang liburan ke Kawah Putih Ciwidey sebaiknya jangan lewatkan pesona Situ Patenggang dan pemandangan alam yang ada di sekelilingnya.

0 comments :: Situ Patenggang, Pesona Tersembunyi di Bandung Selatan

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar...