05 April 2015
Agenda kami di hari kedua adalah mengunjungi Bukchon Hanok Village, Gyeongbokgung Palace, Hanok Namsamnol dan Namsam Tower.
Bukchon Hanok Village
Kawasan ini dikenal dengan rumah tradisional yang sering dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Bukchon sebenenarnya adalah kawasan pemukiman elit yang memiliki ciri khas bangunan Korea jaman dulu, kalau tidak salah sejak jaman dulu kawasan ini adalah pemukiman para bangsawan. Untuk menuju kawasan ini, anda cukup berhenti di Stasiun Anguk (Line No. 3) dan keluar melalui pintu exit 2, anda cukup berjalan lurus kurang lebih 200m. Dari tempat tinggal kami, kami naik dari Stasiun Hong Ik University (Line No. 3) dan transit di Stasiun Eujiro 3(sam) ga setelah berhenti di 7 stasiun (Sinchon-Ehwa University-Ahyeon-Chungjeongno-City Hall-Eujiro 1(il)ga)). Dari stasiun Eujiro 3 (sam) ga ke Stasiun Anguk cukup berhenti di satu stasiun yaitu Jongno 3(sam)ga.
Setelah berjalan cukup jauh dan kelelahan karena jalanan yang kami lalui menanjak, kami mrasa tidak menemukan rumah yang kami cari. Memang banyak rumah-rumah tradisonal tapi tidak seperti yang kami bayangkan. Setelah bertanya ke orang, kami diberitahu bahwa daerah ini sudah masuk Bukchon Hanok dan mungkin yang kami cari ada di dalam gang. Akhirnya kami masuk ke dalam gang dan menemukan yang kami cari. Saya perhatikan mayoritas rumah yang ada disana dilengkapi dengan CCTV dan banyak tulisan ngga boleh ramai. Menurut saya ini adalah hal yang wajar, Bukhon Hanok adalah pemukiman unik milik orang-orang elit yang di jadikan tujuan pariwisata, jadi butuh sebuah ketenangan.
Sekolah tempat syuting Winter Sonata |
Dalam perjalanan kami menemukan papan bertuliskan tempat syuting Winter Sonata. Kami pun mengikuti papan panah itu karena iseng, dan akhirnya menemukan “harta karun” yang indah. Ternyata tempat syuting yang dimaksud adalah sekolah Jun Sang dan Yoo Jin Winter Sonata. Dengan bangunan bergaya eropa dan pemandangan yang indah tempat ini membuat saya kegirangan. Kami dipersilahkan masuk oleh Bapak penjual souvenir yang ada di pintu gerbang, katanya ini terbuka untuk umum. Tidak ada anak sekolah disana, entah karena ini hari minggu, liburan atau memang gedung ini hanya untuk tempat wisata. Yang penting kami bisa poto sepuasnya!
Gyeongbokgung Palace
Setelah puas di Bukchon Hanok, kami melanjutkan perjalanan ke Gyeongbokgung Palace. Istana jaman Jeoson ini berada tidak jauh dari Bukchon, kita cukup berjalan kaki berlawanan arah dengan jalan ke Bukchon. Sebelum itu, untuk melawan rasa dingin kami menyempatkan diri mampir di ke cafe yang ada di dekat pintu keluar stasiun, namanya Coffe Tour. Jujur saja waktu di Korea uang saku kami tidak habis banyak di makanan tapi untuk minum kopi, mengingat suhu disana cukup dingin.
Pergantian Pasukan |
Kami berlari ke Gyeongbokgung Palace untuk mengejar pergantian pasukan yang hanya ada di jam-jam tertetu. Kami sungguh beruntung karena kedatangan kami tepat ketika pasukan melakukan pergantian, padahal udah sempat foto-foto di Museum dekat istana. Tiket di Gyeongbokgung Palace dipatok di Harga 3000 won untuk usia 19-64 tahun dan 1500 won untuk usia 7-18 tahun,untuk ticket lain seharga 10000 won (dewasa) dan 5000 won(remaja) digunakan untuk memasuki 5 tempat sekaligus dan dapat digunakan selama 3 bulan. Info selengkapnya baca disini.
Saat memasuki istana rasanya seperti mimpi, bagaimana tidak Gyeongbokgung Palace adalah salah satu tempat yang paling sering dijadikan setting drama Korea terutama drama Korea dengan genre Saeguk.
Kami memuaskan diri foto-foto, meskipun tidak paham setiap bagian istana kami sangat menikmati berjalan-jalan disini dari ujung ke ujung bagian istana. Karena ingin ke toilet kami memasuki sebuah gedung yang ada toko Souvenirnya, karena cukup mahal kami berakhir dengan melihat-lihat saja.
Kami memuaskan diri foto-foto, meskipun tidak paham setiap bagian istana kami sangat menikmati berjalan-jalan disini dari ujung ke ujung bagian istana. Karena ingin ke toilet kami memasuki sebuah gedung yang ada toko Souvenirnya, karena cukup mahal kami berakhir dengan melihat-lihat saja.
Agenda kami selanjutnya adalah Hanok Namsam dan Namsam Tower, kamipun kembali ke stasiun Anguk dan menuju Stasiun Heohyeon dengan rute sebagai berikut :
Line 3 : Anguk – Jongno 3 (sam) ga – Eujiro 3 (sam) ga – Cungmuro (Transit Line 4)
Line 4 : Cungmuro – Myeongdong – Heohyeon
Sebelum itu, kami menyempatkan diri berfoto di patung The Great King Sejong yang ada di seberang Gyeongbokgung Palace.
Sebelum itu, kami menyempatkan diri berfoto di patung The Great King Sejong yang ada di seberang Gyeongbokgung Palace.
Awalnya kami ingin ke Hanok Namsamgol yang terkenal sebagai salah satu kawasan dengan rumah tradisonal Korea, berbeda dengan Bukchon di Namsam rumah Hanoknya tidak ada penghuni dan memang dijadikan tujuan wisata. Kami berusaha menemukan Hanok yang ada di Namsam, tapi tidak ada petunjuk yang jelas menuju kesana baik petunjuk tulis yang kami punya maupun setelah bertanya ke orang yang kami temui dijalan. Setelah kecapekan kami pun memutuskan untuk skip Hanok Namsamgol dan lanjut ke Namsam Tower.
Namsam Tower
Menemukan Namsam Tower juga tidak mudah, setelah berjalan sangat-sangat jauh akhirnya kami sampai di stasiun cable car Namsam Tower. Kaki yang gempor terbayar dengan kepuasan menemukan tempat yang kami tuju, tempat yang kami impikan dan tempat yang sering kami lihat di Drama Korea. Tiket untuk cable car perorangan sebagai berikut :
Return Tiket : Dewasa (8500 won), Anak-anak (5500 won)
One Way Tiket : Dewasa (6000 won), Anak-anak (3500 won)
Setelah turun dari cable car kami naik lewat tangga kayu menuju halaman utama Namsam Tower yang terkenal dengan gembok cintanya. Cuaca mulai gelap dan kami tetap bersemangat untuk berfoto ria di sekitar tower dan gembok cinta.
Rasa penasaran kami nggak berhenti sampai disana, akhirnya kami memutuskan untuk naik lagi ke puncak tower dengan membeli ticket paketan untuk naik lengkap dengan snacknya (harga antara 10.000 won -20.000 won) tergantung dari packet yang kita pilih. Sebelum masuk ke ruang observatory, disediakan tempat foto dengan background Namsam Tower, harganya cukup lumayan yaitu 15.000 won. Meskipun mahal kami memutuskan untuk membelinya karena hasilnya bagus dan kapan lagi kami kesini untuk foto lagi???
Ruang observatory terdiri dari beberapa sudut untuk melihat kota Seoul dari Namsam Tower. Setiap sudut tersebut mewakili sebuah negara dan kamipun menemukan Indonesia!!! Selain bisa melihat pemandangan dari atas, disini juga disediakan berbagai macam souvenir dengan harga terjangkau dan kualitas cukup bagus. Teman saya memutuskan untuk mengirim kartu pos dari Namsam Tower dan biayanya cukup murah yaitu 4000 won lengkap dengan perangkonya.
Setelah puas menikmati kota Seoul dari Namsam Tower kamipun pulang, karena kaki sudah sangat gempor kami memutuskan pulang naik taxi menujuk stasiun terdekat. Hari kedua dan perjalanan kami sangat menyenangkan!!!
hi mba. hanok village ini berada di jeonju bukan ya? kqlau boleh tau mba nya nginep di sekitar mana yq? saya lagi cari info rute dan transport untuk kesana nih hehe. thx you
mia fajarani
22 September 2018 at 03:58