Banyak yang bertanya kenapa saya tidak pergi ke Jepang dan memilih Korea, mereka bilang bukannya lebih bagus Jepang ya? Dan beberapa teman dekat juga menanyakan hal yang sama karena setahu mereka, saya dari dulu pengennya ke Jepang. Kalau tentang itu jawabannya satu, masalah finansial. Iya finansial, meskipun harga tiket ke Korea tidak jauh berbeda dengan ke Jepang biaya hidup sepertinya jauh berbeda. Saya sering membahas ini dengan teman seperjalanan yang sebenarnya juga prefer ke Jepang. Karena pengen ke Jepangnya ngga pengen tanggung-tanggung dan kebetulan tempat yang paling ingin saya kunjungi adalah Sapporo yang ada di pulau Hokaido, maka dengan budget yang kami miliki itu terdengar mustahil :p
Kemudian dari sisi religi banyak yang sekedar bertanya dan menasehati agar saya umroh terlebih dulu, kalau ini saya tidak bisa menjawab karena ini sesuatu yang bersifat sangat pribadi. Dan akhirnya saya pun tetap menjatuhkan pilihan ke Korea Selatan. Selain tempat tujuan teman seperjalanan adalah faktor yang sangat penting selama perjalanan. Saya termasuk orang yang beruntung karena teman seperjalanan saya ini mau menuruti kegilaan saya. Jika saya adalah seorang imajiner maka dia adalah realis yang sebenarnya.
Persiapan perjalanan kami menempuh perjalanan yang beliku-liku, selama 3 bulan kami benar-benar berhemat dan menahan diri untuk mengeluarkan uang. Belum lagi permasalahan remeh teman untuk persiapan aplikasi visa yang lain. Kami juga sering berdebat pemikiran tentang arti perjalanan ini, dan hal ini yang membuat kami lebih menghargai perjalanan kami. Untuk itinerary teman saya bertugas membuat jadwal perjalanan selama di Seoul, sementara saya kebagian luar kota (luar propinsi tepatnya). Meskipun saya berteriak curang kepadanya tetapi sebenarnya ini menguntungkan saya karena bisa memilih tempat sesuka hati. Mungkin karena dia realistis jadi dia memilih menyerahkan yang diluar jangkauan kepada pengkhayal seperti saya. Setelah senang bisa milih tempat yang ingin saya kunjungi, saya mulai pusing karena alamat yang saya temukan di google map cuma huruf han-geul. Disanalah perjuangan baru dimulai.
Awalnya kami berencana ke Jeju, kalau Jeju mungkin lebih mudah karena familiar dengan turis asing tapi kemudian kami berfikir selama di Seoul tempat-tempat yang kami kunjungi sudah cukup mainstream jadi ada baiknya kita pilih tempat yang agak beda. Nami island dan tempat lain di Seoul sudah cukup mewakili tempat yang wajib dikunjungi di Korea.
Pertama kali menginjakkan kaki di negeri gingseng yang ada di batin saya adalah “Indonesia jauh lebih indah” dan ini diamini oleh celetukan teman saya yang bilang “lihat rumput bandaranya masih coklat, coba kalau di Indonesia warnanya ijo seger”. Mungkin ungkapan ini terjadi karena badan kami yang menolak hawa dingin yang menyambut kami di hari pertama. Sepanjang jalan kami menggerutu “appaaa, ini musim semi kenapa dingin bangeeet???”
Sebuah perjalanan menjadi indah ketika kita sudah bersentuhan dengan kebudayaan sekitar. Hal yang membuat kami terkagum-kagum pada negara ini justru pada budaya dan manusianya. Di hari pertama, ketika kami kebingungan mencari penginapan, ahjumma-ahjumma memperhatikan kami, menyapa dan memberikan kami kopi. Mereka tau kami yang tersesat dan kedinginan, karena bahasa Inggris yang terbatas mereka mengenalkan kami pada Oppa ganteng yang akhirnya menunjukkan kami jalan ke penginapan.
Karena tidak memakai travel agent, kami bebas mengatur jadwal kami sesuka hati. Kami suka berjalan berputar-putar di area penginapan dan kota untuk mengamati kegiatan yang ada disana, kami sering melihat Bapak-Bapak di jam kerja yang memakai jas bermain di taman bersama anak-anaknya. Pernah juga melihat di sebuah pusat perkantoran di Seoul seorang Ibu dan anak bayinya menjemput ayahnya yang sedang bekerja, kemudian pulang bersama dengan bayi digendong si ayah. Dan banyak hal sederhana lain yang membuat saya ingin berteriak “wowww daebak”.
Kami bertemu dengan banyak orang baik selama di perjalanan. Kami juga bertemu dengan ibu hamil dari Bandung penggemar Running Man yang mengejar Jae Suk sampai Paju (perbatasan Korea Utara). Dengan ditemani suami ia berhasil bertemu dengan full member Running Man, katanya rejeki jabang baby karena sebelumnya ia sudah pernah mengejar sampai Singapura dan nginep satu hotel tetep ngga ketemu. Meskipun kami tidak bertemu anggota RM kami cukup senang mendengar cerita mereka, seperti merasakannya langsung.
Saat pertama kali ada di sebuah kota kecil di luar Seoul, saya mulai panik dan kebingungan. Apalagi kalau bukan karena huruf Han-Geul yang ada disana, belum lagi karena penghuni kota yang sepi dan tenang itu adalah para lansia dan hampir tidak ada anak muda sm sekali. Saya sudah siap dimarahi sama teman saya kalau tidak bisa nyampe penginapan, karena kota ini memang pilihan saya gara-gara pengen tau tenpat syutingnya mbak Chae Won sama mas Joong Ki. Ketika mau hampir frustasi saat menunggu bus, muncullah dua Unnie yang sebelumnya kami tanyai. Kali ini mereka membawa mobil dan menyuruh kami masuk, dan kami pun bengong untuk sesaat. Saya tidak begitu yakin karena seingat saya di google map jarak terminal dan penginapan kami cukup jauh. Dan ternyata kami benar-benar diantar ke penginapan!!! Ya ampuuuun baik banget mbak e (rasanya pengen teriak begitu).
Nyasar sudah menjadi makanan kami sehari-hari selama disana, dan kami justru puas karenanya. Badan kami benar-benar diuji, karena selama perjalanan kami juga harus menggunakan bahasa tubuh. Bahkan untuk membeli obat sejenis counterpain kami harus menjelaskan dengan sepenuh hati supaya dimengerti. Di bus yang kami naiki seringkali cuma kami anak mudanya, membuat saya berfikir dimana anak-anak mudanya. Apakah mereka sedang bekerja? Atau sekolah? Atau pindah ke kota besar semua?. Tidak ada yang menjawab karena tidak ada yang bisa kami tanyai.
Banyak kejadian-kejadian sederhana yang membuat kami bahagia, dan mungkin akan kami kenang sendiri. Banyak keindahan yang tidak bisa kami abadikan lewat lensa kamera meskipun koleksi photo jumlahnya mencapai ribuan karena beberapa keindahan hanya bisa diabadikan lewat lensa ciptaan Tuhan.
My first and the second dream both feels as if are further away than 10.000.000 km. Even if it rather far fetched, I believe in it. If you don’t give up your dream will come true. If you are fated then you will meet” Cha Young Shin - Healer
Tag : Daily