Hari ketiga : Cyeonggyechon Stream, Namdaemun Market, Itaewon, Yeouido Park, Hangang River

1 comments
06 April 2015

Cyeonggyechon Stream
Awalnya ini Cyeonggyechon Stream nggak masuk jadwal, tapi karena hari itu tempat yang kami kunjungi tidak begitu banyak kami memutuskan untuk mampir sebentar ke area ini. Foto di brosur dan internet yang cukup meyakinkan membuat kami memutuskan untuk memasukkan Cyeonggyechon Stream sebagai salah satu tujuan kami. Cyeonggyechon Stream dikenal sebagai salah satu kawasan pedestarian yang ada di tengah kota. 

Cara kesana dari penginapan kami adalah sebagai berikut :
Line 2 : Hongik University – Sinchon – Ehwa University – Ahyeon – Cheungjongno – City Hall – Eujiro il ga – Eujiro Sam Ga

Berdasarkan petunjuk yang ada di peta dari setasiun Eujiro 3(Sam) Ga kami berjalan lurus keluar dari pintu 4 atau 5, dan kemudian inilah yang kami temukan :
Cyeonggyechon Stream
Bisa dibayangkan bagaimana perasaan kami, entah ini memang Cyeonggyechon Stream atau kami yang nyasar kami juga tak tahu karena yang paling penting rasa penasaran kami sudah terpenuhi. Mungkin saja karena kami datang di awal musim semi dimana tumbuhan disini belum begitu menghijau sehingga mempengaruhi view.

Namdaemun Market
Jumlah pasar di Seoul cukup banyak, Namdaemun Market adalah salah satu yang terkenal di telinga para turis termasuk turis Indonesia. Harga Namdaemun Market cukup murah sehingga tempat ini dijadikan salah satu tujuan untuk mencari oleh-oleh atau cendera mata. Kami berjalan dari ujung ke ujung pasar, sempat masuk ke beberapa bagian ruko dan menemukan banyak pakaian anak kecil.Ternyata di dalam pasar kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah untuk cendera mata, di gedung berwarna orange yang ditunjukkan oleh petugas informasi.
Bangunan warna orange yang ditunjukkan petugas informasi
Saat memilih-milih cendera mata, kami bertemu dengan seorang biarawati dari Italia. Beliau takjub melihat pakaian saya yang mungkin menurutnya sama dengannya. Di akhir belanja kami, ia bertanya dari mana kami berasal dan sebelum berpisah ia memeluk saya dengan erat dan memberikan sebuah kecupan. Rasanya ingin mrebes mili karena teringat almarhum mbah, kebetulan sehari sebelumnya di Namsam Tower saya menulis sesuatu untuk mbah yang selalu mendukung mimpi-mimpi saya termasuk mimpi jalan-jalan ke Korea. 


Itaewon

Menjelang sore hari kami melanjutkan perjalanan ke Itaewon dengan rute sebagai berikut :
Line 4 : Hoehyeon – Myeongdong – Chungmuro (Transit Line 3)
Line 3 : Chungmuro – Dongguk Univ. – Yaksu (Transit Line 6)
Line 6 : Yaksu – Beotigogae – Hangangjin – Itaewon

Masjid Itaewon
Tujuan pertama kami di Itaewon adalah masjid Itaewon yang terkenal, selain penasaran kebetulan saya juga belum solat dhuhur yang akan dijamak dengan ashar sehingga kami langsung mencari masjid saat itu juga. Alhamdulillah meskipun teman seperjalanan saya ini berbeda ia sangat toleran dan membantu saya mencari masjid. Setelah melihat peta dan bertanya ke orang sekitar akhirnya kami menemukan masjid Itaewon. Waktu solat ada beberapa jamaah yang sedang berdiskusi dengan imam atau penjaga masjid. Mereka sepertinya adalah orang Korea yang sedang belajar tentang islam, nah saya sempat nguping dan sepertinya imam masjid tersebut adalah orang Indonesia. Selain mereka saya juga berpapasan dengan beberapa orang Malaysia yang juga mampir ke masjid Itaewon.

Salah satu cafe yang ada di Itaewon, menarik bukan?
Setelah ke Masjid kami melanjutkan misi kami untuk bisa makan masakan Korea asli. Kami memilih Itaewon agar saya bisa makan dengan tenang, akhirnya kami memilih Muree. Artikel selengkapnya bisa dibaca disini. Itaewon terkenal dengan keanekaragamannya, banyak pendatang dan turis tinggal disini sehingga banyak tempat nongkrong yang bisa kita kunjungi. Saya menemukan cafe yang menarik tampilannya, sayang kami sudah kenyang dan harus melanjutkan perjalanan.

Yeouido Park, Hangang River


Rencana kami di Yeouido adalah menikmati bunga Sakuran dan berencana untuk naik kapal ferry (cruise) di Yeounaru, teman seperjalanan saya sangat ngidam untuk naik kapal di Hangang River (sayapun demikian). Akhirnya kami sampai di Yeouide Park dan menyewa sepeda seharga 3000 won, kami berkeliling naik sepeda menikmati taman di tengah kota. Penataan Yeouide Park sangat bagus, ada pemisahan antara pejalan kaki dan yang naik sepeda. Beberapa kali ke taman bermain menemukan bahwa alas taman bermain adalah matras yang empuk, sehingga ketika anak-anak jatuh tidak akan terasa sakit begitu juga di Yeouide Park untuk pejalan kaki tracknya adalah matras sementara untuk yang naik sepeda aspal biasa.


Bunga sakura sepanjang jalan benar-benar indah ditambah lagi sepeda warna kuning yang unyu, mimpi yang jadi kenyataan! Setelah puas bersepeda dan berjalan-jalan kami menuju sungai Han dengan berlari-lari untuk mengejar ferry. Waktu kami datang ada 1 kapal ferry yang lewat, kamipun mencari pangkalannya. Pemandangan di Hangang River indah ditambah dengan tampilan gedung 63 yang merupakan gedung tertinggi di Korea. Entah berapa drama atau variety show yang sudah shooting di tempat ini.
Gedung 63 kanan bawah
Kami berjalan cukup jauh dan berjalan kesana kemari, namun kami tak menemukan pangkalan itu. Setelah berjalan sampai ujung kamipun menemukan pangakalan ferry dan yang jelas sudah tidak beroperasi karena hari sudah petang. Kami awalnya berpikir ferry ini beroperasi sampai malam, tapi kalau dipikir-pikir lagi dengan udara sedingin ini bisa jadi ferry yang lewat tadi adalah ferry terakhir. 


Setelah kelelahan kamipun pulang, mampir ministop sebentar dan membeli cumi bakar, makanan favorit kami selama disana. Karena sanga-sangat capek kami memutuskan untuk naik taksi sampai penginapan! Kali ini naik taksinya benar-benar sampai penginapan, bukan stasiun terdekat.

Hari yang melelahkan, dan kami tetap merasa senang!!!


Hari Kedua : Bukchon Hanok Village, Gyeongbokgung Palace, Namsam Tower

1 comments
05 April 2015

Agenda kami di hari kedua adalah mengunjungi Bukchon Hanok Village, Gyeongbokgung Palace, Hanok Namsamnol dan Namsam Tower. 

Bukchon Hanok Village
Kawasan ini dikenal dengan rumah tradisional yang sering dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Bukchon sebenenarnya adalah kawasan pemukiman elit yang memiliki ciri khas bangunan Korea jaman dulu, kalau tidak salah sejak jaman dulu kawasan ini adalah pemukiman para bangsawan. Untuk menuju kawasan ini, anda cukup berhenti di Stasiun Anguk (Line No. 3) dan keluar melalui pintu exit 2, anda cukup berjalan lurus kurang lebih 200m. Dari tempat tinggal kami, kami naik dari Stasiun Hong Ik University (Line No. 3) dan transit di Stasiun Eujiro 3(sam) ga setelah berhenti di 7 stasiun (Sinchon-Ehwa University-Ahyeon-Chungjeongno-City Hall-Eujiro 1(il)ga)). Dari stasiun Eujiro 3 (sam) ga ke Stasiun Anguk cukup berhenti di satu stasiun yaitu Jongno 3(sam)ga.



Setelah berjalan cukup jauh dan kelelahan karena jalanan yang kami lalui menanjak, kami mrasa tidak menemukan rumah yang kami cari. Memang banyak rumah-rumah tradisonal tapi tidak seperti yang kami bayangkan. Setelah bertanya ke orang, kami diberitahu bahwa daerah ini sudah masuk Bukchon Hanok dan mungkin yang kami cari ada di dalam gang. Akhirnya kami masuk ke dalam gang dan menemukan yang kami cari. Saya perhatikan mayoritas rumah yang ada disana dilengkapi dengan CCTV dan banyak tulisan ngga boleh ramai. Menurut saya ini adalah hal yang wajar, Bukhon Hanok adalah pemukiman unik milik orang-orang elit yang di jadikan tujuan pariwisata, jadi butuh sebuah ketenangan. 
Sekolah tempat syuting Winter Sonata
Dalam perjalanan kami menemukan papan bertuliskan tempat syuting Winter Sonata. Kami pun mengikuti papan panah itu karena iseng, dan akhirnya menemukan “harta karun” yang indah. Ternyata tempat syuting yang dimaksud adalah sekolah Jun Sang dan Yoo Jin Winter Sonata. Dengan bangunan bergaya eropa dan pemandangan yang indah tempat ini membuat saya kegirangan. Kami dipersilahkan masuk oleh Bapak penjual souvenir yang ada di pintu gerbang, katanya ini terbuka untuk umum. Tidak ada anak sekolah disana, entah karena ini hari minggu, liburan atau memang gedung ini hanya untuk tempat wisata. Yang penting kami bisa poto sepuasnya!

Gyeongbokgung Palace
Setelah puas di Bukchon Hanok, kami melanjutkan perjalanan ke Gyeongbokgung Palace. Istana jaman Jeoson ini berada tidak jauh dari Bukchon, kita cukup berjalan kaki berlawanan arah dengan jalan ke Bukchon. Sebelum itu, untuk melawan rasa dingin kami menyempatkan diri mampir di ke cafe yang ada di dekat pintu keluar stasiun, namanya Coffe Tour. Jujur saja waktu di Korea uang saku kami tidak habis banyak di makanan tapi untuk minum kopi, mengingat suhu disana cukup dingin.
Pergantian Pasukan

Kami berlari ke Gyeongbokgung Palace untuk mengejar pergantian pasukan yang hanya ada di jam-jam tertetu. Kami sungguh beruntung karena kedatangan kami tepat ketika pasukan melakukan pergantian, padahal udah sempat foto-foto di Museum dekat istana. Tiket di Gyeongbokgung Palace dipatok di Harga 3000 won untuk usia 19-64 tahun dan 1500 won untuk usia 7-18 tahun,untuk ticket lain seharga 10000 won (dewasa) dan 5000 won(remaja) digunakan untuk memasuki 5 tempat sekaligus dan dapat digunakan selama 3 bulan. Info selengkapnya baca disini.



Saat memasuki istana rasanya seperti mimpi, bagaimana tidak Gyeongbokgung Palace adalah salah satu tempat yang paling sering dijadikan setting drama Korea terutama drama Korea dengan genre Saeguk.



Kami memuaskan diri foto-foto, meskipun tidak paham setiap bagian istana kami sangat menikmati berjalan-jalan disini dari ujung ke ujung bagian istana. Karena ingin ke toilet kami memasuki sebuah gedung yang ada toko Souvenirnya, karena cukup mahal kami berakhir dengan melihat-lihat saja.



Agenda kami selanjutnya adalah Hanok Namsam dan Namsam Tower, kamipun kembali ke stasiun Anguk dan menuju Stasiun Heohyeon dengan rute sebagai berikut :
Line 3 : Anguk – Jongno 3 (sam) ga – Eujiro 3 (sam) ga – Cungmuro (Transit Line 4)
Line 4 : Cungmuro – Myeongdong – Heohyeon

Sebelum itu, kami menyempatkan diri berfoto di patung The Great King Sejong yang ada di seberang Gyeongbokgung Palace.



Awalnya kami ingin ke Hanok Namsamgol yang terkenal sebagai salah satu kawasan dengan rumah tradisonal Korea, berbeda dengan Bukchon di Namsam rumah Hanoknya tidak ada penghuni dan memang dijadikan tujuan wisata. Kami berusaha menemukan Hanok yang ada di Namsam, tapi tidak ada petunjuk yang jelas menuju kesana baik petunjuk tulis yang kami punya maupun setelah bertanya ke orang yang kami temui dijalan. Setelah kecapekan kami pun memutuskan untuk skip Hanok Namsamgol dan lanjut ke Namsam Tower.

Namsam Tower

Menemukan Namsam Tower juga tidak mudah, setelah berjalan sangat-sangat jauh akhirnya kami sampai di stasiun cable car Namsam Tower. Kaki yang gempor terbayar dengan kepuasan menemukan tempat yang kami tuju, tempat yang kami impikan dan tempat yang sering kami lihat di Drama Korea.  Tiket untuk cable car perorangan sebagai berikut :
Return Tiket : Dewasa (8500 won), Anak-anak (5500 won)
One Way Tiket : Dewasa (6000 won), Anak-anak (3500 won)


Setelah turun dari cable car kami naik lewat tangga kayu menuju halaman utama Namsam Tower yang terkenal dengan gembok cintanya. Cuaca mulai gelap dan kami tetap bersemangat untuk berfoto ria di sekitar tower dan gembok cinta. 


Rasa penasaran kami nggak berhenti sampai disana, akhirnya kami memutuskan untuk naik lagi ke puncak tower dengan membeli ticket paketan untuk naik lengkap dengan snacknya (harga antara 10.000 won -20.000 won) tergantung dari packet yang kita pilih. Sebelum masuk ke ruang observatory, disediakan tempat foto dengan background Namsam Tower, harganya cukup lumayan yaitu 15.000 won. Meskipun mahal kami memutuskan untuk membelinya karena hasilnya bagus dan kapan lagi kami kesini untuk foto lagi???

Ruang observatory terdiri dari beberapa sudut untuk melihat kota Seoul dari Namsam Tower. Setiap sudut tersebut mewakili sebuah negara dan kamipun menemukan Indonesia!!! Selain bisa melihat pemandangan dari atas, disini juga disediakan berbagai macam souvenir dengan harga terjangkau dan kualitas cukup bagus. Teman saya memutuskan untuk mengirim kartu pos dari Namsam Tower dan biayanya cukup murah yaitu 4000 won lengkap dengan perangkonya. 


Setelah puas menikmati kota Seoul dari Namsam Tower kamipun pulang, karena kaki sudah sangat gempor kami memutuskan pulang naik taxi menujuk stasiun terdekat. Hari kedua dan perjalanan kami sangat menyenangkan!!!