Review Buku You're The Apple Of My Eye

0 comments
Mood membaca sedang menyusut drastis,

Gambar yang ada di blog terhapus sudah, mau mbenerin rasanya no time.

Dan akhirnya saya ambil buku “You’re The Apple Of My Eye” dari rak, membacanya sedikit-sedikit dan memutuskan untuk membuat reviewnya.


Buku ini selalu menari untuk dibaca, lagi dan lagi
Judul Buku :You’re The Apple Of My Eye
Penulis : Giddens Ko
Penerbit : Penerbit Haru
Jenis : Semi-Autobiography

Saya terlebih dulu menonton filmnya, sebelum membaca bukunya. Seperti yang telah saya bahas sebelumnya disini saya menyukai film You’re The Apple Of My Eye, berharap bukunya terbit di Indonesia dan akhirnya itu terjadi. Perbedaan klasik selalu terjadi antara film dan buku, buku seringkali lebih detail dalam membahas sebuah cerita dan tentu saja kita lebih bebas menggambarkan ceritanya. Menurut saya semua memeliki keunggulan masing-masing, tergantung selera. Kita merasa buku lebih baik lebih karena apa yang kita pikirkan ketika membaca tidak sama dengan yang divisualisasikan oleh aktor dan sutradara.

Lalu bagaimana dengan buku You’re The Apple Of My Eye?


Menurut saya buku ini cukup “ringan” untuk dibaca dan membuatmu tidak bosan untuk melanjutkannya. Jika dibandingkan filmnya, buku ini juga lebih detail dalam menggambarkan kisah hidup Ko Ci Teng (Giddens Kos). Di film menceritakan tentang kehidupan Ko Ci Teng ketika SMA, tetapi di buku semuanya telah dimulai ketika ia SMP. Disini juga diceritakan orang yang disukai Ko Ci Teng sebelum Sen Cia Yi, seperti saat melihat filmnya membaca buku ini membuat kita mengingat kebodohan kita sendiri.

Buku ini penuh pesan dan cocok untuk untuk semua kalangan, dengan bahasa ringan tetapi punya pesan mendalam.

“Prolog”
Mereka duduk depan belakang,
Titik-titik biru mulai menodai bagian belakang si anak lelaki
Ketika ia menoleh, senyuman si gadis membuat si anak lelaki bermimpi selama delapan tahun

Dan terbelenggu seumur hidup
Berikut beberapa cuplikan (quote) favorit saya di buku ini:
“Setelah setengah jam, bidak caturku terus menerus diambil, sehingga pertahananku terlalu lemah untuk menyeberang ke area lawan. Ternyata begitu. Permainan catur itu seperti hubunganku dengan Sen Chia Yi. Beberapa tahun kemudian, tak peduli betapa kerasnya aku berusaha selamanya aku hanya bisa bercerita di blog.”

“Kekuatan fisik manusia sangat besar, begitu besarnya sehingga tidak akan habis digunakan untuk tindakan-tindakan bodoh di masa muda.”

“Benar. Menyukai seseorang yang tepat akan membuat kita berseri-seri. Berseri-seri hingga delapan tahun.”

“Di salah satu titik terpenting dalam hidup, aku mengerti aku dan Sen Chia Yi memiliki sifat yang bertentangan. Dari awal, aku sudah tau perbedaan ini.”

“Delapan tahun menyukai membuat kami memiliki hubungan yang dalam. Mungkin tidak sedekat pasangan, tetapi lebih dekat dari seorang teman. Itu adalah belenggu.”

“Ternyata disukai oleh dirimu membuatku sangat bahagia.”

“Ko Ci Teng, kau selalu terlalu percaya diri, selalu mengatakan kau bisa mendapatkanku dan menikahiku. Tapi ketika harus mendengarkan jawabanku, kau menjadi seorang pengecut.”

“Namun kehidupan bukan untuk seseorang saja. Rasa suka pun bukan untuk seseorang saja.”
“Meskipun cintaku dan cintanya tidak berakhir seperti yang diharapkan, tetapi semua masa-masa itu selamanya tidak tergantikan.”
Seperti dalam film, favorit saya adalah :
“Mungkin di dunia pararel yang lain, kita bisa bersama.”
Ketika menulis review ini, saya harus membuka kembali bukunya membuat perasaan campur aduk, rasanya seperti ada sebuah kelereng di kerongkongan.

Maka nikmatilah masa mudamu, jatuh cintalah dan bekali semua itu dengan pemahaman baik.