Review Film You're The Apple of My Eye

1 comments

Yah, let's go to the review of the most my favourite film now, You're the apple of my eye.



You're the apple of my eye adalah sebuah film Taiwan yang diangkat dari semi-autobiography si penulis sekaligus sutradara film ini, Giden Ko. It means, this is based on true story. Menceritakan tentang masa-masa SMA dan segala kegilaanya. Banyak yang membandingkan film ini dengan film Thailand Crazy Little Thing Called Love, Tapi menurut saya keduanya jauh berbeda meskipun sama-sama menitikberatkan pada tema yang sama, cinta pertama.


Cerita 5 orang sahabat yang menyukai dan mengejar gadis yang sama, Sen Chia Yi. Sen Chia Yi adalah seorang gadis pintar dan menarik di kelas, disukai banyak pria. Jika di dalam cerita Ko Ci Teng terlihat mengejar-ngejar dan sangat menyukai Sen Chia Yi seperti teman-temannya yang lain, maka menurut sudut pandang saya justru sebaliknya. Berbeda dengan teman-temannya yang mengidolakan Sen Chia Yi, awalnya Ko Ci Teng justru tidak begitu suka dengan Sen Chia Yi, ia malah mengidolakan seorang artis mandarin. Dia  tidak tertarik dengan Sen Chia Yi karena selalu jutek dan membencinya sebagai seorang siswa yang malas.



Ko Ci Teng dihukum untuk menggantikan Sen Cia Yi
Sampai pada suatu hari ketika Sen Chi Yi lupa tidak membawa buku Bahasa Inggris, dengan Ksatria Ko Teng meminjamkan buku padanya, sehingga dia yang di hukum bukan Sen Chia Yi. Disitulah benih-benih cinta Sen Chia Yi tumbuh, dia mulai menaruh perhatian dan peduli pada Koteng. begitu pula sebaliknya, Koteng perlahan menyukai Sen Chia Yi dan dengan blak-blakan mengungkapkannya. Sayangnya Ko Teng tidak pernah tau dan takut untuk tahu perasaan Sen Chia Yi yang sebenarnya.


Setiap moment dan percakapan yang ada di film ini cukup menyentuh dan banyak terjadi di kehidupan sehari-hari siswa SMA. Lebih mewakili kehidupan kita dibandingkan sinetron Indonesia. Meskipun ada beberapa scene yang sebenarnya tidak perlu, scene yang saya maksud misalkan tentang masturbasi dan yang lainnya. Untungnya hal ini tidak mengurangi esensi yang ingin disampaikan oleh Sang Sutradara sekaligus penulis dari buku "In Those Bygone Years, The Girl We All Went After".




Beberapa quote yang ada di film ini :

Dalam kehidupan manusia memang banyak usaha yang tidak membuahkan hasil - Sen Chia Yi-
Tidak seperti tes, setiap soal yang rumit pasti ada jawabannya. Dalam kehidupan nyata, ada beberapa hal yang selamanya tidak ada jawabannya -Ko Ci teng-
Membuat dunia ini berubah karena ada aku, meskipun hanya sedikit. (Dan kamu adalah satu-satunya orang yang akan membuat duniaku lebih baik) -Ko Ci teng-


Saat kelulusan, masing-masing dari mereka menyebutkan impiannya masing-masing, termasuk Ko Ci Teng Dan saya pikir Ko Ci Teng (Giden Ko), berhasil mewujudkan impiannya, karena melalui buku dan dan film ini dia berhasil membuat dunia berubah, meskipun mungkin hanya sedikit.
Dalam pertumbuhan menuju dewasa, hal yang paling kejam adalah perempuan selamanya selalu lebih dewasa dari laki-laki seumurnya. Kedewasaan seorang perempuan, tidak ada
satupun laki-laki yang bisa menampungnya. -Ko Ci teng-
Karena pernah kamu sukai, aku jadi sulit untuk merasa orang lain benar-benar menyukaiku - Sen Chia Yi-
Dalam percintaan, masa paling romantis adalah masa-masa pendekatan. Pada saat sudah benar-benar jadian,banyak perasaan yang akan hilang. Jadi aku berpikir, lebih baik aku
membiarkanmu mengejarku lebih lama - Sen Chia Yi-
apa kamu percaya dengan dimensi paralel?
Mungkin, di dimensi paralel itu,kita sekarang bersama
Benar-benar iri terhadap mereka ya
Terima kasih karena kamu telah menyukaiku
Aku juga suka, pada diriku yang menyukaimu saat itu - Ko Ci Teng & Sen Chia Yi-
Jadi, orang yang bisa mewujudkan impian, bukanlah selalu orang yang pintar. Melainkan orang yang tidak pernah menyerah -Ko Ci teng-
Aku salah...Ternyata, ketika kamu sangat-sangat menyukai seorang wanita. ketika ada seseorang yang mengasihinya, mencintainya. Maka kamu akan benar-benar dari hati yang paling dalam mendoakan dia, bahagia selamanya -Ko Ci teng-
Nyesek banget liat film ini, meskipun akhirnya "happy ending". Berbeda dengan crazy little thing called love yang endingnya menurut saya agak sedikit dipaksakan, film ini justru sebaliknya, endingnya benar-benar ciamik dan sangat menyentuh, saya benar-benar nangis bombay dibuatnya. Saya pikir, film ini tidak hanya mengharukan, tapi cukup bijak dalam menyajikan cinta yang sebenarnya, cinta yang tulus dan apa adanya *cielehhhh bahasa saya.

Kalau kita perhatikan, film Indonesia cenderung lebih berani. Bahkan film yang banyak dipuji semacam Ada Apa dengan Cinta, masih ada adegan ciuman  bibir anak SMA sedangkan film ini malah tidak ada. Indonesia bagaimana kabarmu? Bisakah menghasilkan film yang berkualitas tanpa memberikan contoh yang buruk? Saya hanya bisa bilang semoga...
Does first love never die?

Yes, but not means it will stay forever. True love did it.