Yang Tebaik

0 comments
Yang terbaik

Entahh sejak kapan saya mendengar istilah ini. Tapi pemahaman akan kata "yang terbaik" tidak begitu saja datang, perlu proses untuk memahaminya.

Oktober 2010, setelah di wisuda dari kampus tercinta layaknya pencari kerja yang lain, saya hunting kesana kemari. Tak ada bosan memasukkan berlembar-lembar CV ke amplop coklat dan mengirimkannya lewat pos ataupun job fair kampus. Sampai pada akhirnya, saya fokus pada satu lowongan pekerjaan yang mengantar saya sampai pada tes tahap akhir. Well, I am so glad you know. Pekerjaan ini bukan saya saja yang menginginkannya, tetapi juga orang tua saya. Tidak bisa saya bayangkan, betapa senangnya mereka jika saya bisa diterima. Sampai pada pengumuman tahap akhir, saya menunggu dan terus menunggu. Sesekali saya contact dengan peserta tes lain, termasuk dengan kompetitor saya sendiri. Sebagai catatan, yang diambil hanya satu, otomatis jika saya diterima maka dia tidak, begitu pula sebaliknya. Komentar pertama yang keluar dari mulutnya hanya "minta saja yang terbaik". Saya megiyakan, tapi dalam hati merengek tanpa henti ingin saya yang diterima. Toh teman saya itu sudah bekerja, saya lebih membutuhkan pekerjaan ini di banding siapapun.

Sampai pada hari pengumuman itu datang. Saya cek website, dan mata saya tertuju pada nama teman saya itu. Saat itu saya masih berharap menemukan nama saya disana, berharap ada keajaiban disana. Berharap mungkin panitia memutuskan mengambil kami semua, atau kemungkinan-kemungkinan yang lain. Setelah mata saya lelah mencari nama saya, kemudian berganti tubuh saya mulai lemas, saya pulang ke rumah dan berharap bisa kuat. Akhirnya menangis sejadi-jadinya dipelukan ibu. Saya berusaha menerima, mungkin ini yang terbaik, tapi hati saya tak henti berontak dan bertanya mengapa. Karena jujur saja, saat itu saya hanya fokus disana, tidak mencoba aplly ke tempat lain karena tidak ingin konsentrasi saya pecah. Jadi ketika gagal, saya tidak punya pegangan lain lagi.

Dan hidup terus berlanjut. Beruntung saya punya ibu yang luar biasa, yang selalu bisa membuat saya bangkit dan hidup lagi. Setelah itu saya kesetanan mencari kerja. Mulai memasukkan berlembar-lembar CV ke amplop berwarna coklat kembali. Menjadi pengangguran itu rasanya tersiksa, lbh tersiksa dibanding deadline Tugas Akhir. Dan ibu saya yang luar biasa pun mempersilahkan saya liburan tahun baru di Bali. Jangan kira orang tua saya kaya karena menyuruh tahun baruan ke Bali, tapi mereka memang sellau tau apa yang dibutuhkan anaknya. Dan liburan tahun baru itu memang sangat murah, makanya saya mau

Liburan tahun baru dengan teman-teman baru sungguh sangat luar biasa. Too many story,.. Dalam hati saya bilang,kalau saya jadi ketrima, saya ngga bisa menikmati tahun baru di Bali dan bertemu orang-orang ini. Sepulang dari Bali perburuan kembali di mulai dan tibalah saya di Tjiwi Kimia. Entah bagaimana prosesnya, saya ada disana.

Akhirnya saya diterima dan bekerja di Tjiwi Kimia. Banyak cerita, banyak pelajaran dan tentu saja banyak teman. satu per satu dari makna "yang terbaik" mulai saya dapatkan. Banyak pelajaran hidup yang saya dapat. Perasaan bahagia itu datang bergantian, saya tidak pernah lupa bahwa saya pernah gagal dan sangat kecewa. Dan ingatan itu mengajarkan untuk menghargai apa yang saya miliki saat ini. Kebahagiaan-kebahagian itu datang untuk membuktikan bahwa "yang terbaik" itu memang selalu indah.

Waktu berlalu dan saya tidak bertambah bijak, bahkan masih alay dan lebay. Masih suka harap-harap cemas akan apa yang terjadi besok. Masih selalu berharap apa yang saya harapkan akan terjadi, masih mendendangkan hal-hal sendu jika itu tidak terwujud. Masih merengek manja pada sahabat tentang keinginan-keinginan hati yang tidak pernah berhenti meminta.

Meskipun begitu, tak lupa saya selipkan "yang terbaik" di balik harapan-harapan egois itu. Berharap Dia lah yang memilihkannya, sama atau tidak dengan harapan saya, pasti pilihanNya yang terbaik. Syukur-syukur kalau sama, indahnya harapan itu jika sudah disertai ridhoNya. Tapi jika tidak, maka saya harus belajar lagi, belajar banyak hal untuk menerima dan mengerti, untuk kembali memahami arti "yang terbaik". Manusia berhak memilih dan wajib untuk memperjuangkan apa yang diinginkan, tapi Dia lah Maha Mengetahui segala sesuatu. Karena pilihan manusia boleh salah, tapi Dia tidak akan pernah salah.

Kata mbah Einsten di hukum relativitasnya, satu-satunya kepastian di dunia ini adalah ketidak pastian itu sendiri. Dan Tuhan memelihara ketidakpastian itu kepada seluruh umat manusia agar manusia terus belajar, terus bermimpi dan ujung-ujungnya kita akan kembali kepada-Nya | 5 cm

Tag : Daily