Buku The Psychology of Money karya Morgan Housel

0 comments

Buku ini adalah salah satu buku yang banyak dibaca oleh Financial Advisor atau Financial Planner, atau siapa saja yang sedang mempelajari tentang Finplan. Meurut saya buku ini adalah buku yang ringan tapi sangat berisi. Di buku ini kita diberitahu bahwa mengelola uang dengan baik tidak ada hubungannya dengan kecerdasan dan lebih banyak berhubungan dengan perilaku. 


 

Banyak contoh cerita di buku ini, diantaranya Ronald Read seorang petugas kebersihan yang pada akhir hidupnya menyumbangkan 6 juta dollar untuk rumah sakit dan perpustakaan setempat. Apa yang membuat Read bisa melakukan itu? Read menabung berapapun yang bisa ia tabung dan menginvestasikannya. Berkebalikan dengan kisah  Richard Fuscone seorang eksekutif Merril Lynch yang merupakan lulusan Harvard bergelar MBA yang memiliki karir sukses di bidang keuangan. Pada tahun 2000-an, Fuscone meminjam banyak uang untuk memperluas rumahnya, sampai pada tahun 2008 krisis melanda yang membuatnya bankrut akibat utang besar dan aset yang tidak likuid.

Beberapa quote yang cukup bagus dikutip di buku ini

“Keberhasilan adalah guru yang payah membuat orang pandai berpikir dia tak bisa kalah” Bill Gates

“Ya, tapi saya punya sesuatu yang dia tak akan punya --- Rasa Cukup” Joseph Heller

“Untuk mendapatkan uang diperlukan pengambilan risiko, sikap optimis dan tampil di luar. Namun menyimpan uang diputuhkan kebalikan dari pengambilan risiko. Diperlukan kerendahan hati, dan rasa takut kehilangan apa yang didapat dengan cepat.” The Psychology of Money

“Charlie dan saya selalu tahu bahwa kami bakal jadi luar biasa kaya. Kami tak buru-buru ingin kaya, kami tahu itu akan terjadi. Rick sama pintar dengan kami, tapi dia buru-buru.” Warren Buffett

“Nilai intrinsik terbesar uang—dan ini sangat jelas—adalah kemampuannya memberi Anda kendali atas waktu Anda” The Psychology of Money

“Jangan menjadi rasional tanpa perasaan ketika membuat keputusan keuangan” The Psychology of Money

Sekian ulasan singkat untuk buku The Psychology of Money, untuk yang punya kemampuan Bahasa Inggris cukup baik saya sarankan tetap membeli versi aslinya, tentunya agak sedikit menguras kantong tapi worth it.

Resep Ote-Ote Sayur Anti Gagal

0 comments

 Resep Ote Ote Sayur Antigagal

-wortel parut 3 buah

-kubis cincang secukupnya

-bawang pre dan seledri

-tepung 1/4 kg


Bumbu Halus

-bawang putih 2 siung

-bawang merah 5 siung

-garam secukupnya

-lada bubuk secukupnya

-kaldu sapi


Campur bumbu halus dan terigu, kemudian masukan sayuran yang sudah di cincang dan iris. Setelah diaduk, goreng ke minyak api sedang. Tiris dan sajikan.



Cocok disajikan saat hujan selagi hangat :)

Hari ke Empat : Nami ISland & Jade Garden

1 comments
Sudah laaaamaaa sekali tidak update blog, setelah berbagai macam kegiatan di dunia nyata yang menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran, saya berusaha mengeluarkan segala daya upaya untuk kembali menulis. Kali ini saya ingin meneruskan tulisan tentang perjalanan saya ke Korea Selatan kemarin, hampir setahuuun lhoo tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan?
Jade Garden

Back to Day 4

Tujuan kami di hari ke empat adalah Pulau Nami dan Jade Garden. Well, hampir semua turis yang pergi ke Korea Selatan pasti memasukkan Pulau Nami sebagai salah satu tujuan wisata dan kami termasuk salah satunya. Pilihan lain selain pulau Nami adalah Jade Garden atau Petiti France, karena saya penggemar Drama That Winter The Wind Blows, tentu saja saya memilih Jade Garden dengan pertimbangan lain Petiti France kemungkinan lebih ramai karena lokasi syuting reality show Running Man dan drama booming You Who Came From Another Star. 
Pintu Masuk menuju Penyebarangan Nami Island
Menuju pulau Nami cukup mudah karena hampir semua web backpaker ke Korea Selatan menjelaskan cara untuk menuju kesana. Tempat pertama yang harus kami tuju adalah Stasiun Gapyeong, yang bisa dituju melalui beberapa rute sesuai selera. Yang terpenting kita pegang peta MRT maka di stasiun MRT Seoul manapun kita berada, kita bisa sampai sana. Dari stasiun Gapyeong ada 2 pilihan untuk menuju tempat penyebrangan menuju pulau nami,  yaitu taksi dan bus. Kami pun akhirnya memilih taksi. Turun dari taksi sampailah kami di tempat penyebrangan menuju Pulau Nami, Pulau Nami merupakan negara kecil dimana kita harus memiliki “Visa” untuk kesana. Di pintu gerbang dan Ferrynya ada beberapa bendara negara-negara di Dunia termasuk Indonesia. 



Selain naik Ferry untuk menyebrang ke pulau Nami juga bisa naik Zip Fire, semacam naik lewat kabel gtu. Yang pasti kami memilih naik Ferry karena lebih murah dan merasa “lebih aman”. Pulau Nami pertama kali dikenal karena Winter Sonata, entah sejak jaman SMP atau SMA gandrung sama drama satu ini karena adegan romantis dan pemandangan ciamiknya jadi pas kesana rasanya, Dream Come True!!! Sepanjang jalan ya intinya poto-poto dan menikmati keindahan alam yang terawat dengan baik. Kami tidak menghabiskan banyak waktu di pulau Nami karena takut kemalaman ke Jade Garden.


Setelah menikmati pulau nami sejenak kami kembali menyebrang ferry untuk menuju Jade Garden. Oh ya sekedar masukan, kalau menuju kedua tempat tersebut sebaiknya Jade Garden terlebih dahulu baru Nami Island. Hal ini dikarenakan Nami Island Ferrynya sampai malam sedangkan Shuttle Bus terakhir dari Jade Garden menuju stasiun terdekat pukul 17.20. Kami sendiri memilih untuk ke Nami dulu karena tempatnya yang familiar dan mudah dijangkau tapi ternyata Jade Garden pun demikian. Dari Nami Island kami naik taksi dan menunjukkan sebuah brosur Jade Garden bersama dengan tulisannya dalam huruf hangeul yang dituliskan oleh penjaga tourist information yang kami mintai tolong saat di Nami Island. Tarif taksi dari Nami Island ke Jade Garden sekitar 8.000 won, saat memberikan uang kepada taksi teman saya memberikan uang 50.000 won bukan 5.000 won untung Bapak taksinya baik dan menjelaskan bahwa uangnya terlalu besar.... Awalnya teman saya nggak ngeh tapi setelah tau dia benar-benar bersyukur karena uang 50.000 wonnya tidak jadi melayang. Hahaha


Bberapa poster drama/film yang syuting di Jade Garden


Selain tempat syuting That Winter The Wind Blows (Jo In Sung, Song Hye Gyo), jade garden juga merupakan tempat syuting film/drama Korea lain seperti Love Rain (Jang Geun Suk, Yoona SNSD), Kimi Wa Petto (Jang Geun Suk, Kim Ha Neul) serta Full House Take 2 (nggak apal nama pemainnya). Kalau di drama tersebut Jade Garden digambarkan sebagai sebuah rumah tapi aslinya jauh dari kesan rumah. Di lantai satu terdapat kafe dan restoran sedangkan di lantai 2 kosong, ada juga toko oleh-oleh di sisi kiri bangunan. Saya suka tempat ini karena sepi dan tentu saja bisa poto sepuasnya. Area depan merupakan tempat mengambil gambar drama That Winter The Wind Blows, taman tengah Full House Take 2 dan rumah kecil di belakang Jade Garden untuk Love Rain.


Tak ketinggalan saya mampir ke rumah kacanya Oh Young (Song Hye Gyo) di That Winter The Wind Blows, nggak lupa juga pose ala Oh Young dengan ringing bell dari Oh So (Jo In Sung). Waktu kami kesana musim semi baru dimulai sehingga rerumputan dan pohon-pohon masih berwarna coklat, seorang teman kesana satu bulan kemudian dan warnanya sudah hijau menawan. Pukul 17.00 kami mengakhiri jalan-jalan dan kenarsisan kami untuk menunggu shuttle bus lewat pukul 17.20 kamipun pulang melalui stasiun Gulbongsan.
Tak ketinggalan, pose ala Song Hye Gyo :p

Hari ketiga : Cyeonggyechon Stream, Namdaemun Market, Itaewon, Yeouido Park, Hangang River

1 comments
06 April 2015

Cyeonggyechon Stream
Awalnya ini Cyeonggyechon Stream nggak masuk jadwal, tapi karena hari itu tempat yang kami kunjungi tidak begitu banyak kami memutuskan untuk mampir sebentar ke area ini. Foto di brosur dan internet yang cukup meyakinkan membuat kami memutuskan untuk memasukkan Cyeonggyechon Stream sebagai salah satu tujuan kami. Cyeonggyechon Stream dikenal sebagai salah satu kawasan pedestarian yang ada di tengah kota. 

Cara kesana dari penginapan kami adalah sebagai berikut :
Line 2 : Hongik University – Sinchon – Ehwa University – Ahyeon – Cheungjongno – City Hall – Eujiro il ga – Eujiro Sam Ga

Berdasarkan petunjuk yang ada di peta dari setasiun Eujiro 3(Sam) Ga kami berjalan lurus keluar dari pintu 4 atau 5, dan kemudian inilah yang kami temukan :
Cyeonggyechon Stream
Bisa dibayangkan bagaimana perasaan kami, entah ini memang Cyeonggyechon Stream atau kami yang nyasar kami juga tak tahu karena yang paling penting rasa penasaran kami sudah terpenuhi. Mungkin saja karena kami datang di awal musim semi dimana tumbuhan disini belum begitu menghijau sehingga mempengaruhi view.

Namdaemun Market
Jumlah pasar di Seoul cukup banyak, Namdaemun Market adalah salah satu yang terkenal di telinga para turis termasuk turis Indonesia. Harga Namdaemun Market cukup murah sehingga tempat ini dijadikan salah satu tujuan untuk mencari oleh-oleh atau cendera mata. Kami berjalan dari ujung ke ujung pasar, sempat masuk ke beberapa bagian ruko dan menemukan banyak pakaian anak kecil.Ternyata di dalam pasar kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah untuk cendera mata, di gedung berwarna orange yang ditunjukkan oleh petugas informasi.
Bangunan warna orange yang ditunjukkan petugas informasi
Saat memilih-milih cendera mata, kami bertemu dengan seorang biarawati dari Italia. Beliau takjub melihat pakaian saya yang mungkin menurutnya sama dengannya. Di akhir belanja kami, ia bertanya dari mana kami berasal dan sebelum berpisah ia memeluk saya dengan erat dan memberikan sebuah kecupan. Rasanya ingin mrebes mili karena teringat almarhum mbah, kebetulan sehari sebelumnya di Namsam Tower saya menulis sesuatu untuk mbah yang selalu mendukung mimpi-mimpi saya termasuk mimpi jalan-jalan ke Korea. 


Itaewon

Menjelang sore hari kami melanjutkan perjalanan ke Itaewon dengan rute sebagai berikut :
Line 4 : Hoehyeon – Myeongdong – Chungmuro (Transit Line 3)
Line 3 : Chungmuro – Dongguk Univ. – Yaksu (Transit Line 6)
Line 6 : Yaksu – Beotigogae – Hangangjin – Itaewon

Masjid Itaewon
Tujuan pertama kami di Itaewon adalah masjid Itaewon yang terkenal, selain penasaran kebetulan saya juga belum solat dhuhur yang akan dijamak dengan ashar sehingga kami langsung mencari masjid saat itu juga. Alhamdulillah meskipun teman seperjalanan saya ini berbeda ia sangat toleran dan membantu saya mencari masjid. Setelah melihat peta dan bertanya ke orang sekitar akhirnya kami menemukan masjid Itaewon. Waktu solat ada beberapa jamaah yang sedang berdiskusi dengan imam atau penjaga masjid. Mereka sepertinya adalah orang Korea yang sedang belajar tentang islam, nah saya sempat nguping dan sepertinya imam masjid tersebut adalah orang Indonesia. Selain mereka saya juga berpapasan dengan beberapa orang Malaysia yang juga mampir ke masjid Itaewon.

Salah satu cafe yang ada di Itaewon, menarik bukan?
Setelah ke Masjid kami melanjutkan misi kami untuk bisa makan masakan Korea asli. Kami memilih Itaewon agar saya bisa makan dengan tenang, akhirnya kami memilih Muree. Artikel selengkapnya bisa dibaca disini. Itaewon terkenal dengan keanekaragamannya, banyak pendatang dan turis tinggal disini sehingga banyak tempat nongkrong yang bisa kita kunjungi. Saya menemukan cafe yang menarik tampilannya, sayang kami sudah kenyang dan harus melanjutkan perjalanan.

Yeouido Park, Hangang River


Rencana kami di Yeouido adalah menikmati bunga Sakuran dan berencana untuk naik kapal ferry (cruise) di Yeounaru, teman seperjalanan saya sangat ngidam untuk naik kapal di Hangang River (sayapun demikian). Akhirnya kami sampai di Yeouide Park dan menyewa sepeda seharga 3000 won, kami berkeliling naik sepeda menikmati taman di tengah kota. Penataan Yeouide Park sangat bagus, ada pemisahan antara pejalan kaki dan yang naik sepeda. Beberapa kali ke taman bermain menemukan bahwa alas taman bermain adalah matras yang empuk, sehingga ketika anak-anak jatuh tidak akan terasa sakit begitu juga di Yeouide Park untuk pejalan kaki tracknya adalah matras sementara untuk yang naik sepeda aspal biasa.


Bunga sakura sepanjang jalan benar-benar indah ditambah lagi sepeda warna kuning yang unyu, mimpi yang jadi kenyataan! Setelah puas bersepeda dan berjalan-jalan kami menuju sungai Han dengan berlari-lari untuk mengejar ferry. Waktu kami datang ada 1 kapal ferry yang lewat, kamipun mencari pangkalannya. Pemandangan di Hangang River indah ditambah dengan tampilan gedung 63 yang merupakan gedung tertinggi di Korea. Entah berapa drama atau variety show yang sudah shooting di tempat ini.
Gedung 63 kanan bawah
Kami berjalan cukup jauh dan berjalan kesana kemari, namun kami tak menemukan pangkalan itu. Setelah berjalan sampai ujung kamipun menemukan pangakalan ferry dan yang jelas sudah tidak beroperasi karena hari sudah petang. Kami awalnya berpikir ferry ini beroperasi sampai malam, tapi kalau dipikir-pikir lagi dengan udara sedingin ini bisa jadi ferry yang lewat tadi adalah ferry terakhir. 


Setelah kelelahan kamipun pulang, mampir ministop sebentar dan membeli cumi bakar, makanan favorit kami selama disana. Karena sanga-sangat capek kami memutuskan untuk naik taksi sampai penginapan! Kali ini naik taksinya benar-benar sampai penginapan, bukan stasiun terdekat.

Hari yang melelahkan, dan kami tetap merasa senang!!!


Hari Kedua : Bukchon Hanok Village, Gyeongbokgung Palace, Namsam Tower

1 comments
05 April 2015

Agenda kami di hari kedua adalah mengunjungi Bukchon Hanok Village, Gyeongbokgung Palace, Hanok Namsamnol dan Namsam Tower. 

Bukchon Hanok Village
Kawasan ini dikenal dengan rumah tradisional yang sering dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Bukchon sebenenarnya adalah kawasan pemukiman elit yang memiliki ciri khas bangunan Korea jaman dulu, kalau tidak salah sejak jaman dulu kawasan ini adalah pemukiman para bangsawan. Untuk menuju kawasan ini, anda cukup berhenti di Stasiun Anguk (Line No. 3) dan keluar melalui pintu exit 2, anda cukup berjalan lurus kurang lebih 200m. Dari tempat tinggal kami, kami naik dari Stasiun Hong Ik University (Line No. 3) dan transit di Stasiun Eujiro 3(sam) ga setelah berhenti di 7 stasiun (Sinchon-Ehwa University-Ahyeon-Chungjeongno-City Hall-Eujiro 1(il)ga)). Dari stasiun Eujiro 3 (sam) ga ke Stasiun Anguk cukup berhenti di satu stasiun yaitu Jongno 3(sam)ga.



Setelah berjalan cukup jauh dan kelelahan karena jalanan yang kami lalui menanjak, kami mrasa tidak menemukan rumah yang kami cari. Memang banyak rumah-rumah tradisonal tapi tidak seperti yang kami bayangkan. Setelah bertanya ke orang, kami diberitahu bahwa daerah ini sudah masuk Bukchon Hanok dan mungkin yang kami cari ada di dalam gang. Akhirnya kami masuk ke dalam gang dan menemukan yang kami cari. Saya perhatikan mayoritas rumah yang ada disana dilengkapi dengan CCTV dan banyak tulisan ngga boleh ramai. Menurut saya ini adalah hal yang wajar, Bukhon Hanok adalah pemukiman unik milik orang-orang elit yang di jadikan tujuan pariwisata, jadi butuh sebuah ketenangan. 
Sekolah tempat syuting Winter Sonata
Dalam perjalanan kami menemukan papan bertuliskan tempat syuting Winter Sonata. Kami pun mengikuti papan panah itu karena iseng, dan akhirnya menemukan “harta karun” yang indah. Ternyata tempat syuting yang dimaksud adalah sekolah Jun Sang dan Yoo Jin Winter Sonata. Dengan bangunan bergaya eropa dan pemandangan yang indah tempat ini membuat saya kegirangan. Kami dipersilahkan masuk oleh Bapak penjual souvenir yang ada di pintu gerbang, katanya ini terbuka untuk umum. Tidak ada anak sekolah disana, entah karena ini hari minggu, liburan atau memang gedung ini hanya untuk tempat wisata. Yang penting kami bisa poto sepuasnya!

Gyeongbokgung Palace
Setelah puas di Bukchon Hanok, kami melanjutkan perjalanan ke Gyeongbokgung Palace. Istana jaman Jeoson ini berada tidak jauh dari Bukchon, kita cukup berjalan kaki berlawanan arah dengan jalan ke Bukchon. Sebelum itu, untuk melawan rasa dingin kami menyempatkan diri mampir di ke cafe yang ada di dekat pintu keluar stasiun, namanya Coffe Tour. Jujur saja waktu di Korea uang saku kami tidak habis banyak di makanan tapi untuk minum kopi, mengingat suhu disana cukup dingin.
Pergantian Pasukan

Kami berlari ke Gyeongbokgung Palace untuk mengejar pergantian pasukan yang hanya ada di jam-jam tertetu. Kami sungguh beruntung karena kedatangan kami tepat ketika pasukan melakukan pergantian, padahal udah sempat foto-foto di Museum dekat istana. Tiket di Gyeongbokgung Palace dipatok di Harga 3000 won untuk usia 19-64 tahun dan 1500 won untuk usia 7-18 tahun,untuk ticket lain seharga 10000 won (dewasa) dan 5000 won(remaja) digunakan untuk memasuki 5 tempat sekaligus dan dapat digunakan selama 3 bulan. Info selengkapnya baca disini.



Saat memasuki istana rasanya seperti mimpi, bagaimana tidak Gyeongbokgung Palace adalah salah satu tempat yang paling sering dijadikan setting drama Korea terutama drama Korea dengan genre Saeguk.



Kami memuaskan diri foto-foto, meskipun tidak paham setiap bagian istana kami sangat menikmati berjalan-jalan disini dari ujung ke ujung bagian istana. Karena ingin ke toilet kami memasuki sebuah gedung yang ada toko Souvenirnya, karena cukup mahal kami berakhir dengan melihat-lihat saja.



Agenda kami selanjutnya adalah Hanok Namsam dan Namsam Tower, kamipun kembali ke stasiun Anguk dan menuju Stasiun Heohyeon dengan rute sebagai berikut :
Line 3 : Anguk – Jongno 3 (sam) ga – Eujiro 3 (sam) ga – Cungmuro (Transit Line 4)
Line 4 : Cungmuro – Myeongdong – Heohyeon

Sebelum itu, kami menyempatkan diri berfoto di patung The Great King Sejong yang ada di seberang Gyeongbokgung Palace.



Awalnya kami ingin ke Hanok Namsamgol yang terkenal sebagai salah satu kawasan dengan rumah tradisonal Korea, berbeda dengan Bukchon di Namsam rumah Hanoknya tidak ada penghuni dan memang dijadikan tujuan wisata. Kami berusaha menemukan Hanok yang ada di Namsam, tapi tidak ada petunjuk yang jelas menuju kesana baik petunjuk tulis yang kami punya maupun setelah bertanya ke orang yang kami temui dijalan. Setelah kecapekan kami pun memutuskan untuk skip Hanok Namsamgol dan lanjut ke Namsam Tower.

Namsam Tower

Menemukan Namsam Tower juga tidak mudah, setelah berjalan sangat-sangat jauh akhirnya kami sampai di stasiun cable car Namsam Tower. Kaki yang gempor terbayar dengan kepuasan menemukan tempat yang kami tuju, tempat yang kami impikan dan tempat yang sering kami lihat di Drama Korea.  Tiket untuk cable car perorangan sebagai berikut :
Return Tiket : Dewasa (8500 won), Anak-anak (5500 won)
One Way Tiket : Dewasa (6000 won), Anak-anak (3500 won)


Setelah turun dari cable car kami naik lewat tangga kayu menuju halaman utama Namsam Tower yang terkenal dengan gembok cintanya. Cuaca mulai gelap dan kami tetap bersemangat untuk berfoto ria di sekitar tower dan gembok cinta. 


Rasa penasaran kami nggak berhenti sampai disana, akhirnya kami memutuskan untuk naik lagi ke puncak tower dengan membeli ticket paketan untuk naik lengkap dengan snacknya (harga antara 10.000 won -20.000 won) tergantung dari packet yang kita pilih. Sebelum masuk ke ruang observatory, disediakan tempat foto dengan background Namsam Tower, harganya cukup lumayan yaitu 15.000 won. Meskipun mahal kami memutuskan untuk membelinya karena hasilnya bagus dan kapan lagi kami kesini untuk foto lagi???

Ruang observatory terdiri dari beberapa sudut untuk melihat kota Seoul dari Namsam Tower. Setiap sudut tersebut mewakili sebuah negara dan kamipun menemukan Indonesia!!! Selain bisa melihat pemandangan dari atas, disini juga disediakan berbagai macam souvenir dengan harga terjangkau dan kualitas cukup bagus. Teman saya memutuskan untuk mengirim kartu pos dari Namsam Tower dan biayanya cukup murah yaitu 4000 won lengkap dengan perangkonya. 


Setelah puas menikmati kota Seoul dari Namsam Tower kamipun pulang, karena kaki sudah sangat gempor kami memutuskan pulang naik taxi menujuk stasiun terdekat. Hari kedua dan perjalanan kami sangat menyenangkan!!! 

Hari Pertama : Sepanjang Jalan Hongdae (Hong-Ik dan Ehwa University)

1 comments
04 April 2015

Hongdae dan Hong Ik University
Pagi itu kami tiba di bandara Incheon dan langsung menuju penginapan Studio 21St Hostel yang terletak di kawasan Hongdae. Kami sengaja memilih Hostel disanakarena ingin berjalan-jalan di Hongdae yang terkenal sebagai kawasan kampus sekaligus pertokoan yang cukup ramai. Jam check in Hostel adalah pukul 14.00, sehingga kami menyempatkan diri untuk jalan-jalan disekitar penginapan dan Hong Ik University
Sakura yang kami temui di jalanan Hong Dae
Ketika kami datang di Hongdae, kami menyimpulkan bahwa daerah ini sepi untuk daerah kota. Suhu cukup dingin hari itu, dan tidak melunturkan semangat kami untuk jalan-jalan meskipun masih capek setelah perjalanan panjang. Kami melihat-lihat dan berjalan santai menikmati suasana pemukiman penduduk. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke Hong Ik University. 
Hong Ik University
Berbekal peta yang kami dapat dari penginapan, kami menuju Hong Ik University dan di perjalanan malah menemukan Street Fashion, jalanan yang berisi penjual pakaian. Kawasan ini berada di daerah Hong Ik University dan merupakan tempat berbelanja baju yang cukup rokemended. Setelah beberapa hari di Korea kami menyimpulkan kawasan ini sebagai tempat berbelanja baju terbaik karena selain kualitas yang baik, harganya juga sesuai dengan kualitasnya.



Selain toko-toko baju, di sebuah taman dekat Universitas Hong Ik terdapat semacam pasar atau pameran kesenian. Disini banyak penjual barang-barang kerajinan tangan, mulai dari yang berbentuk tangan sampai dengan jasa melukis. Suhu yang cukup bersahabat membuat suasana menyenangkan untuk berjalan-jalan di taman dan melihat berbagai kesenian yang dipajang oleh pedagang.


Setelah puas jalan-jalan kami memutuskan kembali ke Hostel untuk mandi dan melepas penat setelah perjalanan panjang. Sekembalinya ke penginapan, kami lupa arah jalan pulang dan bertemu dengan Ahjuma-Ahjuma baik hati yang menunjukkan jalan. Mereka sedang membagi-bagikan kue paskah dan menemukan kami yang sedang kebingunan, dengan bahasa Inggris yang terbata-bata mereka berusaha membantu kami. 


Ehwa University
Pukul 4 sore, ada dua pilihan destiniasi tujuan hari itu yang pertama adalah Namsam Tower atau Ehwa University. Karena masih capek dan keterbatasan waktu, kami memutuskan untuk pergi ke Ehwa University. Kampus ini berjarak sangat dekat dengan penginapan kami, cukup naik subway line nomor 2 dan melewati satu stasiun (Sinchon) sampailah kami di Ehwa University. Jalanan menuju Ehwa dipenuhi oleh toko-toko yang cukup ramai, mulai dari toko pakaian, kosmetik dan kafe-kafe yang ramai pengunjung yang sepertinya rata-rata mahasiswa.




Ehwa University adalah salah satu kampus wanita yang terkenal di kota Seoul. Selain sebagai tempat belajar, Ehwa University banyak dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Seoul. Bangunannya bergaya Eropa dan arsitektur modern. Kami sendiri cukup nyaman berjalan-jalan di daerah ini



Selain pemandangan yang indah kami juga menemukan makanan yang cukup enak yaitu cumi bakar, cumi bakar dijual bersama dengan asinan laut lainnya serta tidak ketinggalan ubi dan jagung rebus.